Pernahkah Anda mengalami satu kejadian yang
membuat Anda dongkol, karena orang yang Anda bantu akhirnya kerap kali
mendatangi Anda, orang yang sama, tidak pernah ada perubahan dalam
hidupnya. Pernahkan Anda memberi sesuatu yang menurut Anda itu baik, namun pada
akhirnya kekacauan yang terjadi.
Seorang berkewarganegaraan Singapore memiliki
anak asuh, perempuan cantik berumur 5 tahun bernama Intan. Orang tua Intan
bekerja sebagai buruh di suatu hotel kelas Melati 3 di sebuah desa parawisata.
Intan anak yang cukup cerdas dan memiliki talenta, disekolahkan di
sekolah internasional ternama tidak jauh dari tempat mereka tinggal, oleh orang
tua Singapore nya. Apa yang Anda lihat dari fenomena ini? Pernahkah
terbayangkan bagaimana perasaan orang tua Intan ketika ia harus menghadiri
rapat orang tua. Sadarkah bahwa Intan kelak akan merasakan kesenjangan sosial
dalam lingkungan pergaulannya. Apakah akan ada perasaan malu dan
rendah diri ketika Intan memperkenalkan orang tuanya kepada teman-temannya
kelak. Sadarkah bahwa bukan hanya Intan yang perlu bimbingan dalam tugas-tugas
sekolahnya. Dibutuhkan bimbingan bagi orang tuanya yang tidak memiliki
kapasitas untuk memahami sistem maupun situasi lingkungan sosial yang bukan
dari kalangannya. Apa salahnya dengan sekolah negeri?
Tini, adalah orang tua tunggal dengan dua anak.
Tini tidak memiliki pekerjaan tetap, namun ia memiliki banyak talenta dan
sangat mudah bergaul, sehingga dengan kemampuan yang ia miliki ia dapat mencari
pekerjaan yang cukup layak dengan sangat mudah. Kenyataannya tidaklah demikian,
ia memilih jalan yang cukup meresikokan dirinya maupun kedua anaknya. Tini
menjual kesusahannya kepada teman-temannya yang berlebih secara financial, dan
Tini seringkali mendapatkan bantuan yang tidak sedikit, baik itu secara
financial maupun karir, dari orang disekelilingnya. Sekian banyak suport yang
ia terima tidak membuatnya dan kedua anaknya hidup lebih baik. Ada yang salah
dari orang-orang di sekelilingnya, mereka gagal melihat bahwa yang mereka bantu
bukanlah orang yang tepat, karena Tini tidak mampu mengolah semua pemberian
yang ia dapatkan sehingga selalu dalam keadaan kekurangan. Orang-orang
disekelilingnya merasa telah membuang garam ke lautan.
Cerita di atas hanyalah sebagian kecil contoh
“salah memberi”. Ada cerita menarik dari salah satu rekan aktivis yang
mendirikan LSM yang berfokus memperjuangkan persamaan kesempatan bagi
masyarakat yang termarjinalisasi. Ia memaparkan informasi kepada saya bahwa
ternyata kemiskinan telah dikapling kapling oleh banyak LSM baik itu dalam dan
luar negeri. Hm, apa maksudnya? Mereka telah menjual kemiskinan, dan saya baru
tahu bahwa saat ini kemiskinan dapat dijadikan komoditi untuk dijual kepada CSR
perusahaan besar, pemerintah negara asing, ataupun individu yang sangat
dermawan. LSM seperti ini berjuang untuk kepentingan pribadi, mengeruk
keuntungan. Dampak buruk yang dirasakan adalah ketika masyarakat yang dibantu
oleh LSM gadungan tersebut mengalami kerusakan mental. Bangga akan
kemiskinannya dan merasa harus terus diberi, tak ada upaya untuk memajukan
diri.
Hal lain yang saya perhatikan ketika saya
terlibat dalam berbagai kegiatan sosial adalah jenis sumbangan buku, pakaian
dan mainan anak. Buku adalah jendela dunia, tidak salah. Dapatkan Anda memahami
bahwa kemampuan orang untuk menerima informasi sangat bervariasi? Informasi
seperti apa yang layak dibagi kepada mereka yang tinggal di pedesaan yang
miskin atau di pedalaman yang masih murni dan jauh dari dunia kapitalis? Mereka
perlu buku-buku pengetahuan yang dapat membantu mereka memahami keadaan dan
keluar dari kebodohan, bukan buku-buku yang menstimulasi keinginan yang tidak
dapat mereka capai. Apa jadinya bagi Ulil, anak perempuan berumur lima tahun,
berasal dari Indonesia bagian Timur dengan rambut keriting kecil-kecil dan
kulit hitam manis ketika membaca buku Barbie, yang disebut cantik karena
memiliki warna kulit terang, berambut lurus berbibir tipis. Akankah konsepsi
Ulil tentang dirinya yang cantik alami terancam? Banyak Ulil dewasa yang
menghabiskan uang ratusan ribu rupiah untuk rebonding. Dan ini kenyataan
bahwa informasi, belum tentu dapat diolah dengan semestinya bagi kebanyakan
orang.
Pakaian sumbangan diberikan secara acak, ada
pakaian cantik diantaranya. Diberikan kepada seorang anak perempuan saja,
karena memang hanya ada satu. Kecemburuan sosial yang tidak sengaja terbentuk.
Membentuk harapan dalam diri anak-anak lain untuk mendapatkan barang yang sama
bagusnya. Begitu pula mainan anak. Apa salahnya mengajarkan mereka membuat
kereta dari kulit semangka? Mainan anak yang membuat mereka lebih menyatu
dengan alam dan lingkungan tenpat mereka tinggal harus menjadi prioritas.
Maka, memberilah dengan tepat, pahamilah bahwa
apa yang Anda beri tidak lebih dari bekal memperbaiki kehidupan secara mandiri
dan pahamilah bahwa memberi harus sesuai dengan kemampuan menerima yang diberi
bantuan. Memberi pun bukan hal yang mudah, alih-alih berderma, Anda
secara tidak sadar telah membunuh karakter mereka. Yang harus dipahami
adalah bahwa kita harus pandai menempatkan diri pada posisi orang lain
Saring, dan sederhanakan! Kami menunggu kamu, dalam pemberian!
Salam anak alam,
by: ananta/kalam