8:59 PM

kanvas putih di jari anak anak belandingan (seni soma project)




di mata anak-anak tak ada 7 keajaiban dunia
yang ada 7.000.000 keajaiban dunia.

"nah, sekarang kakak mau tanya, siapa dari kalian yang pernah ke denpasar???" aku mencoba menerka. namun ini diluar dugaanku, semua anak-anak diam, bisu, satupun tak ada yang mengacungkan tangan.
"lho,....."
hatiku menggumam:
"kalian anak-anak Bali?"
"harusnya kalian berhak melihat bali kalian, bukan hanya turis-turis itu......"

oh dear bapak ibu pemerintah, jangan lupakan anak-anakmu ini. pliz......!
(semoga kita masih punya hati. atau sudah dijual kepada orang luar negeri?)

anak-anak belandingan. anak-anak yang tak seberuntung kawan-kawan mereka di kota , namun di balik kesederhanaannya, keterbatasannya, kekurangannya, ada hidup yang sebenar-benarnya. yang jujur. baik dan buruk belum kabur. senyum menyungging. ada harapan besar di balik mata bening mereka walau tak terkatakan.

pagi: pagi sekali, kabut masih enggan pergi, anak-anak berlarian menghambur mengikuti aku kemanapun aku pergi. ya, telah sebulan lebih aku tak datang untuk menemui mereka di belandingan dan barangkali saja kerinduan mereka memuncak. kesibukan akademis, pribadi, sesekali hilang menemukan jalan, membuat kakiku terikat lebih banyak di ubud / denpasar. (namun tenang nak, hati kakak tlah menetap di kemapungmu melingkupimu. kakak ada terus disitu.)

hujan deras mengguyur belandingan pagi-pagi. aku segera berteduh di sekolah. anak-anak mengikuti aku, tampak sebagian dari mereka -yang kebanyakan perempuan- sedang menggendong adik-adik mereka. yang lain tentu sedang di ladang. ada darmawan dan yudayana serta beberapa anak laki-laki lain. beberapa minggu lalu aku berikan mereka 10 kanvas ukuran 40 x 40 cm untuk dilukis, cat akrilik, kuas, dan cangkir teh yang kemarin aku gunakan untuk mencampur warna. menunggu hujan yang tak pasti akan reda, kenapa tak isi waktu saja?

"oya, dar.... kanvas yang kemarin kakak beri itu sudah dilukis belum?"
"sudah kak. ada di rumah saya."
"mmm... kalau begitu boleh kamu ambil. kakak mau lihat"

rumah darmawan tak jauh dari sekolah. dalam hujan ia memayungi dirinya dengan daun pisang, dan kembali dengan kanvas-kanvas lukis itu dalam bungkus plastik.

"lho, kok gak diwarnai?"

(dan inipun yang kembali kepadaku hari ini cuma 7 kanvas saja, yang lainnya entah kemana...)

aku kaget karena ternyata akrilik, cangkir pengaduk cat masih terbungkus rapi dalam kresek putih kecil seperti kemarin, dan kanvas-kanvas itu ternyata hanya dilukis menggunakan pensil. namun tak apa, toh coretan-coretan pensil mereka sunguh cantik. kalau begitu kenapa nggak mewarani bareng saja pagi ini.

ternyata aku baru sadar, mereka tak tahu menggunakan kuas dan cat akrilik. merekapun tak tahu bahwa campuran cat akrilik itu adalah air, bukan minyak. dan mereka memilih untuk tak menggunakannya. pilihan yang tepat.

ada dua lukisan yang paling menarik mataku pagi itu. milik ni wayan seni soma dan komang trisna wangi. hehe... lagi2 perempuan menang. mereka menulis namanya besar-besar di pinggiran kanvas. ternyata mereka tak ada di kerumunan anak-anak pagi itu. wayan tik mendatangi aku dan berniat akan mencarikan mereka berdua ke rumahnya, ketika aku bertanya dimanakah gerangan kedua pemilik lukisan pensil ini. sembari sejenak menunggu hujan reda.

akhirnya mereka berdua datang. wajah-wajah yang sering aku lihat dan aku kenal, namun tak ku sangka mereka pintar melukis. mereka berdua tampak bingung ada apa gerangan aku menyuruh mereka datang ke sekolah. namun ketika mengetahui bahwa hari ini kita akan mewarnai lukisan mereka masing-masing, mereka sumringah. aku bukakan alat-alat lukis, mereka berdua duduk di bangku sekolah yang pagi itu sepi karena masih liburan hari raya.

"sekarang kita mewarnai lukisan kalian berdua ya"
"kakak suka lukisan kalian."
"bagus."

sementara teman-temannya yang lain mengerubungi.

namun berhubung hanya tersedia tiga kuas beda ukuran, maka seni soma yang mendapat giliran pertama untuk mewarnai.

walau akhirnya trisna wangi segera menyusul dan aku tak bisa menghentikan mereka berbagi kuas. ini adalah pelajaran paling mendasar, cara memegang kuas, mencampur warna, mengolesi cat, memilih warna yang disukai untuk digunakan menggambar gunung, ayam, dll.

dan setelahnya mereka terbang dalam goresan-goresan kuas, warna dan imaji. seni soma lebih menyukai warna pastel sementara trisna wangi lebih suka yang kontras.

hingga akhirnya mendekat senja aku di sekolah, seni soma menemukan sesuatu yang baru dalam kanvasnya (sebenarnya kami berdua yang menemukannya) dalam ikan-ikan teri yang memencar sesuka hatinya memenuhi kanvas.

untuknya akan aku buatkan project khusus SENI SOMA PROJECT. mau bantu kan? jika kalian ingin terlibat, sangat mudah caranya hanya dengan cara menyumbangkan ia kanvas dan cat akrilik. sebanyak-banyaknya kanvas. sebanyak itu ia akan melukis. dan setelahnya kita akan pamerkan kelak. (BARANGKALI SAJA hehe...) atau mau mengajari mereka melukis???? :)

seni soma, aku baru tahu selain pintar di kelas, ia adalah calon pelukis wanita sangat berbakat dari belandingan - BALI. jika dilihat dengan mata kasat, mereka hanya anak anak gunung, tapi jika dilihat dengan MATA HATI, mereka TALENTA TALENTA TERANG!




sekranjang cinta untukmu pahlawan-pahlawan kecil.


pande
dps
pagi ini

teruslah bermimpi Nak...

kembali ke HOME (halaman depan blog) :)