9:12 PM

Salam Anak Alam

Semua berawal dari mimpi kecil, ketika suatu hari saya menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar S2 saya, termasuk mendapatkan kesempatan pertukaran mahasiswa ke luar negeri, saya menyempatkan diri pulang. Tapi ada yang mengusik pikiran saya, setiap kali saya kembali pulang ke kampung halaman ibu saya, dan kamera poket saya merekam foto anak-anak ini, hati saya tak mampu bergeming. Alih-alih memilih bekerja di perusahan besar di kota besar, saya memilih jalan berbeda. Bahwa pada akhirnya saya menyadari, semakin tinggi tingkat pendidikan kita, semakin kita bertanggung jawab kepada mereka yang tak memiliki kesempatan yang sama. Kalau bukan kita, siapa lagi???

Ini adalah sebuah cerita nyata tentang kehidupan masyarakat marjinal dan terlewakan di sebuah 'Pulau Wisata Terbaik di Dunia', Bali. Dibalik gemerlap pariwisata Bali, ada sebuah kehidupan di kampung terpencil yang berjalan pelan, seperti biasa, begitu sejak dulu, tak pernah melihat dunia luar.

Sementara anjing jalanan disantuni banyak LSM, penyu hijau disponsori oleh banyak perusahaan dan di kota-kota didirikan sekolah-sekolah internasional, siapa mau peduli dengan anak-anak ini? Suara anak - anak ini tak pernah didengar, tertelan lemabh, tersapu angin.

Bagi anak-anak yang tinggal di desa Blandingan dan beberapa desa di bebukitan kaldera danau Batur - Kintamani, kehidupan bagi mereka sangatlah berbeda. Sementara anak-anak seumuran mereka bisa menikmati fasilitas pendidikan lengkap, gizi yang cukup, bermain play station, jalan-jalan ke mall, makan makanan cepat saji, ke salon setiap akhir bulan, mereka melewati keseharian dengan rutinitas yang sama, membantu orang tua untuk menambah penghasilan tambahan, bekerja di lahan pertanian, menjaga adik-adiknya, mengambil air dari bak yang berjarak beberapa kilometer untuk dibawa pulang, bermain dengan mainan sangat sederhana, atau berjualan makanan kecil keliling kampung.

Sejak momen yang menyentuh itu kami bermimpi suatu ketika kelak bagaimana caranya agar kami bisa membantu mereka sehingga memiliki kesempatan untuk melihat dunia luar seperti anak-anak yang lain, memberikan pengalaman hidup yang lebih baik, akses terhadap pengetahuan, meretas masa depan yang lebih layak. Dan dengan memulai hanya bermodalkan mimpi itu dan semangat, kami berharap mampu mewujudkan mimpi itu, tentu juga bersama kalian, meninggalkan jejak keringat kita bersama-sama! Berbagi kebajikan!

Atas nama anak-anak alam, kami mengucapkan terimakasih atas kepedulian kawan-kawan, donatur dan relawan yang telah memberikan sumbangsihnya selama ini.

Terima kasih,

Pande Putu Setiawan
Ketua Komunitas Anak Alam

0 comments:

Post a Comment