10:07 AM

di ujung ufuk INDONESIA. mengindonesiakan Merah Putih!


"Keep your love of nature, for that is the true way to understand art more and more."
Vincent van Gogh


huahmm.....

kabut tebal menyelimuti bebukitan pagi itu. bukit yang memagari sisi timur kaldera seperti lenyap. ada yang hilang, songan sunrise yang terkenal itu, tak dapat dilihat oleh kawan-kawan anak alam yang bermalam di basecamp anak alam semalam. namun, keberuntungan datang, dan berharap seterusnya begitu buat ANAK ALAM kita. trims buat IA!

mentari menyibak kabut sepotong demi sepotong. bubung pegat mulai tampak samar-samar. sementara mendung gelap di selatan bergeser, tak lupa mendung yang sama di sisi utara. "tak usah mandi, mari kita nikmati pagi!" aku mengajak kawan-kawan untuk segera beranjak, masuk mobil semua dan kabur ke lava di barat toya bungkah.

pagi adalah pagi dengan kecantikannya. pagi adalah pagi dengan segala kesederhanaannya. dan pagi ini dengan kabut beberapa masih melinting cemara, beberapa lainnya beranjak pelan, pagi memberikan lukisan terindahnya untuk kami. kini percaya kan alam adalah lukisan yang sangat indah? - yang dilukis hanya oleh helai kabut. ada tiada. tiada ada. kabut.

helai daun rumput liar tertiup angin danau. air danau tenang dalam mimpi pagi. kami memuaskan hasrat kenarsisan kami dengan berfoto-foto diantara ilalang. diantara rerumputan. diantara lava gunung.

hingga pagi membawa kita ke jam 7:30 yang berarti harus segera kembali beranjak ke basecamp untuk persiapan upacara bendera. semalam, Rawat memberitahuku bahwa upacara bendera akan dimulai jam 9:00. namun pagi ini, puspasena mengirim SMS bahwa upacara dimajukan menjadi jam 8:00. (puspasena kami ajak ikut pulang, dengan selembar surat sakti kita kirimkan ke sekolahnya, tak bisa ikut upacara bendera di SMK erlangga.) 30 menit adalah waktu yang tak banyak untuk bersiap-siap. akhirnya kami memang terlambat datang. 30 menit lepas jam 8 kami baru tiba di sekolah, namun ternyata upacara juga baru mulai pukul 8:35. it's just in time...! (apa memang mereka semua sengaja mengundurkan upacara karena menunggu kita? serasa bupati aja ditunguu-tunggu.... berkhayal. mode on. :) )

pagi itu kalam mulai berdatangan. gustra terlihat pertama, sendiri, kemudian disusul oleh rombongan bule perancis bersama mbak dayu, dan anggara bersama teman-teman. komposisi kami pagi itu cukup mengejutkan guru-guru SDN belandingan yang berseragam batik hijau lengan panjang.

anak-anak tampak sudah siap semua. dua bendera merah putih bertengger, berkibar di atas tiang bambu. sementara bendera lain dengan bangga dipangku oleh seorang anak perempuan SDN belandingan yang diapit oleh dua teman laki-lakinya di sisi barat. sementara di sisi timur lapangan, kernet bersama teman-teman mendapat giliran membaca undang-undang dasar 45, doa, pancasila, dan membawa acara.

"urutan pertama,... pemimpin upacara memasuki lapangan upacara!" anak yang bertugas membawakan acara mengambil alih tugasnya. semua bersiap termasuk para Kalam yang ikut berbaris di barisan paling barat di sisi kiri anak-anak kelas 1. barangkali ini adalah upacara 17-an pertama bagi mereka mendapatkan 'tamu' dalam barisan murid-muridnya.

kami semua mengikuti upacara dengan khidmat, sesekali tersenyum dalam hati menyaksikan anak-anak kita yang kali itu hampir lebih dari setengahnya mengenakan sepatu, topi, dasi, dan semua berpakaian seragam merah putih. sering sebelumnya aku lihat anak-anak itu menggunakan pakaian yang tak sama. sebagian pakaian pramuka 'dekil', sebagian baju olah raga biru langit 'kebanggaan mereka', sementara yang lain mengenakan pakaian putih mereka yang tlah berubah cokelat. hari ini pemandangan paling beda aku lihat.

namun belakangan aku tahu ternyata sebagian dari mereka saling meminjamkan topi, baju, sepatu. "kak, ini topi pinjaman" begitu kata salah seorang dari mereka, ketika kita mau ganti topi mereka tersebut dengan topi baru. dan topi itu rencananya kita ambil dan kita 'museumkan'.

hari itu kami menyanyikan lagu INDONESIA RAYA lagi. ya, INDONESIA RAYA! dengan mulut sendiri, bukan dengar dan lihat dari TV. oh.....

setelah upacara selesai, jamuan ala pak Guru Dangka sudah disiapkan di ruang guru. jamuannya adalah air putih saja. cukup. namun perkenalan kalam dengan guru-guru SDN belandingan adalah jamuan sebenarnya. kami saling berkenalan, berbagi cerita dan kesan khususnya bagi kawan-kawan yang baru pertama kali ini datang ke belandingan!

"Menyenangkan!"
"Terharu!"
"Akan datang lagi!"
"Apa yang bisa kami bantu!"
"dingin!'

itulah komentar yang keluar dari kawan-kawan yang baru pertama kali ini bertemu dengan anak-anak kita di kampung damainya ini. begitu juga kenal guru-gurunya.

mentari beranjak, waktunya kami mengajak mereka ke atas bubung tower. kami merubah rencana awal, alih-alih berjalan ke utara tower yang cukup jauh, kami pilih pos kelompok tani sari karya saja - yang berada persis di ujung jalan plesteran semen itu- sebagai tempat untuk membagi 130 pasang pakaian sekolah baru buat mereka. pakaian ini adalah sumbangan dari Mas Antok, yang juga tlah menyumbang 2 sepeda gunung untuk digunakan oleh puspasena dan karmajaya sekolah di denpasar. Mas Antok, kata-kata tak bisa lagi mewakili terima kasih kami. kami bangga!

perjalanan kali ini diikuti ratusan anak-anak SDN belandingan. barangkali baru kali ini kami bertemu anak-anak itu di luar sekolah mereka lengkap!

.... bersambung....

huahm......

sekeranjang cinta,
dari atas bukit.


part 2


"We have the power to make this the best generation of mankind in the history of the world - or to make it the last."

John F. Kennedy

berlari. berlari. berlari...


mereka semua sumringah meniti jalan nenanjak yang diplester semen itu menuju pos kelompok tani sari karya, untuk menunggu jatah sepasang baju sekolah BARU. aku masih ingat jalan ini, jalan yang dulu pernah membuat nyangkut karimun hitam pelat B itu kala naomi sengaja datang bertemu anak-anak alam kita jauh-jauh dari jakarta. pun juga jalan yang saban hari aku lewati ketika awal tahun ini hilang menemukan jalan di kedamaian belandingan. menjadi mereka. menjadi sama.

hari ini, akan menjadi hari terakhir aku bisa mengambil foto anak-anak ini dengan pakaian dekilnya. serasa ada kenangan yang hilang. namun bukankah memberikan mereka baju baru adalah mimpimu? pikiranku mendebat diriku sendiri. maka dari itu, aku akan menghabiskan kenangan itu disini hari ini. namun tenang, kamera-kamera yang kalam bawa telah 'memuseumkan' mereka semua. tunggu hingga waktunya kalian akan saksikan lebih dekat dalam sebuah pameran.

anak-anak alam masih seperti dulu. akan menyambit tangan kakak-kakaknya -persis seperti anak-anak di panti asuhan yang bertemu orang yang berkunjung-, berbagi senyum, ingin berbagi cerita, berbagi cinta. mereka masih sama walau telah lebih dari sebulan aku tak bertatap muka dengan malaikat-malaikat kecil kita ini. mereka yang kelak akan menggantikan kemunafikan kita. ya. kita.

jalanan menyusuri rimbun bambu itu akhirnya berakhir persis setelah kelokan terakhir yang menanjak. tampak beberapa warga sedang merapikan keranjang yang berisi tomat-tomat merah matang. tomat-tomat ini sepertinya akan jadi makanan sapi saja hari ini. kenapa? karena tomat yang matang tak lagi bisa dijual ke pasar. sampai pasar ia akan busuk. sementara pelajaran pengolahan tomat yang matang ini tak pernah diberikan di sekolah. pun juga mereka tak tamat sekolah dasar. begitu juga pelatihan yang sama tak diberikan oleh dinas pertanian tingkat 2, tingkat 1, nasional, apalagi dunia kepada warga-wagra desa yang (mungkin) sengaja dibiarkan bodoh ini. semoga saja pikiranku salah.

mereka butuh ilmu. bukan uang 100 ribu (pembodohan) saat pencontrengan kepala daerah langsung saja... fiuh.... (menyeka keringat sejenak!)

ruang sempit pos kelompok tani sari karya itu kini dipenuhi ratusan anak-anak SDN belandingan dari kelas 1 sampai 6. terpaksa pembagian pakaian dilakukan di halaman depan pos. tentu ruangan sempit itu tak bisa menampung semua anak-anak, kawan-kawan dan juga tas kresek pakaian. (aku menyebutnya halaman walau kenyataannya ini lebih berupa tempat kosong di bibir pos yang dipagari semak-semak saja. biar mereka semua senang.)

satu per satu anak-anak ini menerima seragam baru mereka. dengan sangat memohon kami mengambil beberapa pakaian 'bersejarah' mereka itu untuk kami museumkan. anak-anak tak pernah berkata 'tidak' untuk sesuatu yang mereka yakini baik yang kami inginkan kerjakan untuk mereka. apalagi hanya baju bekas mereka.

130 pakaian siang itu habis. dasi juga. topi juga. pos sari karya sepi. petani desa melambaikan salam dan memberi salam dari jauh. mereka bersiap kembali memutar roda hidupnya di balik bukit bersama sapi-sapi dan ladang tomatnya. memutar nasib. berharap. anak-anak pulang. menunggu barangkali nanti akan ada hadiah lain yang masih kami bisa berikan untuk mereka.

sementara team BEASISWA ANAK ALAM baru saja datang....

hari ini masih berlanjut!

...bersambung...

makan dulu.


sekeranjang cinta,

dari atas bukit


part 3


"kak putu, ada BERITA BURUK. made sani tak mau sekolah lagi. ia sekolah tiga kali saja seminggu. beasiswa belum datang. ia tak mau sekolah!"

-sms dari Rawat ke HPku.

whaaatttttttttttttt?????


ini benar-benar berita buruk. buruk benar-benar! maaf nak, kami agat terlambat. bagaimana pun juga kami semua memiliki kesibukan. namun jaga selalu semangat itu. mimpi itu. ada 1000 alasan kenapa kamu harus terus sekolah.

upacara bendera telah selesai, pembagian seragam sekolah telah selesai, lapar, haus, maka basecamp anak alam adalah mimpi paling diidam-idamkan oleh kalam yang manapun saat-saat seperti itu.

aku dapat tugas menyetir mobil mbak Dayu, berhubung katanya dia akan melepas setir jika saja ia yang menyetir dalam tanjakan, kelokan, dan jalan berlubang tersebut. maka aku, jika diberi setir, ini adalah obsesiku yang lain. hobiku yang lain. merasakan gerak ban dan putaran ban dari respon yang diberikan oleh tangan dan kaki yang menekan pedal gas dan kopling. butuh hati. seperti MENCINTA. walau sesekali akan seperti film Fast and Furious saat hati terbakar. :)

anak-anak baru saja pulang dari upacara bendera dan pembagian seragam sekolah di pos kelompok tani sari karya, dan ini akan menyulitkan kami memberikan beasiswa kepada anak-anak yang tinggal di balik bukit seperti Rata dan Ribut, tentunya akan lebih mudah bagi anak-anak yang tinggal di desa dimana rumahnya bisa kami kunjungi satu per satu siang itu.

namun walau sama saja, siang hari biasanya sebagian besar dari mereka akan pergi ke ladang membantu orang tua mereka masing-masing bercocok tanam, memberi makan ayam, atau menyabit rumput.

pilihan terburuk namun juga teraman adalah memilih orang yang tepat pegang amplop beasiswa tersebut untuk kemudian dibagikan kepada teman-temannya jika saja nanti mereka telah pulang. Ada Made Ratih dan Mara saat itu terlihat jadi sisa amplop beasiswa yang tak bisa kami berikan kami titipkan ke anak-anak ini. sebagian lagi kami titip ke Nopik, karena ia serumah dengan Made Sani.

Siang itu mbak Dewi, Pak Gde, Bu Rusma dari Surfer girl dan bapak satu lagi (aku lupa namanya) berkesempatan datang langsung memberikan beasiswa itu satu per satu. sungguh kerja yang tak mudah, sungguh kerja yang membutuhkan dedikasi, sungguh kerja yang hanya dibahan bakari oelh passion, hanya dengannya BEASISWA ini terus jalan dan itu dengan sangat berhasil selama ini dilakukan seorang wonderwoman macam Mbak Dewi Utari yang sangat didukung oleh Pak Gde suaminya. aku jadi ingat Bu Putu dan Wayan... bagaimana kabarnya malam ini???

BEASISWA ANAK ALAM adalah salah satu tulang punggung. beasiswa barangkali adalah salah satu program yang paling dibutuhkan anak-anak selain tentunya bantuan-bantuan yang lain. Beasiswa ini pula yang selama ini dinanti-nanti anak anak kita di belandingan yang sangat membutuhkannya.

nah, giliran siapa berikutnya mau datang. giliran siapa berikutnya yang mau bergandengan tangan dengan Rata dan teman-temannya yang berjalan kaki dari balik bukit untuk mengikuti upacara bendera 17 agustus-an di sekolahnya, (sementara kita malah ingin memisahkan MERAH dari PUTIHnya indonesia? whaaaatttt??????)

Harusnya kalian berani jawab: AKU!

aku akan datang. aku SEKARANG!

-end-

sekeranjang cinta
dari atas bukit

pande
dps
mlm ini.


0 comments:

Post a Comment