8:06 AM

Tx... Marissa untuk Anak Alam

http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/hs547.ash1/31957_1397267344105_1604881170_30982660_1975901_n.jpg

http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc3/hs607.snc3/31957_1397267424107_1604881170_30982661_5030676_n.jpg

http://sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-ash1/hs547.ash1/31957_1397267464108_1604881170_30982662_728328_n.jpg
4:13 AM

Guideline Anak Alam 2010 - 2011



menjadilah bagian. menjadilah perubahan.


dear KAWAN ANAK ALAM yang sangat saya cintai,


Salam anak indonesia. Ini adalah tahun kedua kita, seperti yang kemarin lalu telah saya katakan bahwa ini adalah tahunnya kalian, kawan-kawan anak alam. Ibarat sebuah bangunan yang fondasinya telah cukup kokoh untuk kalian dirikan tiang-tiang diatasnya, inilah waktunya kalian mendirikan tiang-tiang itu, meninggalkan jejak tangan dan kaki, mencetak sejarah setidaknya untuk hidup kalian sendiri, tentunya untuk anak-anak alam.

Tahun ini tema yang kita usung adalah "FREE EDUCATION FOR ALL!", bahwasanya kegiatan kita tahun ini lebih banyak difokuskan pada kegiatan-kegiatan pendidikan dan beberapa kegiatan lain adalah kegiatan lingkungan. Target tahun pertama kita sepertinya telah mencapai harapan, dimana anak-anak kini telah memiliki kepercayaan diri tinggi dan memiliki keberanian untuk bermimpi. Setidaknya itu adalah hasil yang cukup besar bagiku. Tentu ditambah dengan bonus pada akhirnya anak-anak alam bisa masuk TV lewat tayangan program Homestay Trans 7, itu adalah bonus yang tak terperi, tak dinyana. Tentu juga tampilan mereka yang heroik dalam Konser Amal Anak Alam, masih ingat pantun-pantun dan puisi mereka?

Untuk tahun ini, berikut adalah beberapa kegiatan yang telah kita rencanakan. Tahun ini beberapa sponsor corporate telah mulai melirik dan membantu kita, yang sangat pantas kita harus syukuri. Tabungan dari kantong kami tentu hanya berjumlah secukupnya. Catat!

Kami memberi kreatifitas seluas-luasnya untuk kawan-kawan anak alam dimanapun berada: surabaya, bandung, jakarta, jogjakarta, semarang, sumba, sumatera dan nusra hingga kalimantan dan papua, bahkan beberapa kawan saat ini sedang studi atau menetap di luar negeri untuk menjadi bagian, memberi sumbangsih kecil untuk negri. jadilah KAWAN-KAWAN ANAK ALAM yang aktif dan kreatif, jadilah anak-anak muda indonesia yang produktif, tentu seperti biasa dengan cara-cara kecil dan sederhana saja.

Maka dari itu kami mengundang seluruh kawan-kawan anak alam untuk menjadi bagian, dan menjadi perubahan.

GUIDELINE
KOMUNITAS ANAK ALAM
2010 – 2011


  1. Konser Tribute To Kawan Anak Alam (maret / april 2010)
    Sebuah helatan khusus untuk didedikasikan kepada kawan anak alam. DONE

  2. Cerita Surat untuk Indonesia rekor MURI (juli / agustus 2010)
    Pengiriman puluhan ribu surat cerita ke sekolah-sekolah: SD, SMP, SMA dan kampus-kampus di Bali.

  3. Festival Penulis Muda Bali (Agustus / september)
    Sebuah helatan sastra untuk penulis-penulis muda berbakat yang selama ini tak pernah bisa memunculkan karyanya ke publik.

  4. Anak Alam Kite Festival (juni)
    Festival layang-layang anak-anak tahunan anak alam. mendidik anak-anak untuk mencintai alam dibanding mainan komputer.

  5. Pameran fotografi anak alam (t.b.c)
    Sebuah pameran fotografi tentang anak-anak alam dan kehidupan sehari-harinya.

  6. Pembukaan Sekolah Komputer & Rumah Baca Anak Alam (t.b.c)
    Soft opening Rumah Baca Anak Alam dan Sekolah Komputer Gratis Anak Alam yang hingga kini masih kita persiapkan.

  7. Cinta alam anak alam (t.b.c)
    Kegiatan lingkungan komunitas anak alam.

  8. Ekspedisi para kalam: negeri di atas awan (t.b.c)
    Sebuah kemah sosial mengunjungi alengkong 'negri di atas awan'

  9. Berbagi dan Menginspirasi anak alam(t.b.c)
    Sebuah kegiatan kunjungan ke kampung anak alam sembari berbagi pengetahuan yang akan menjadi inspirasi bagi anak-anak alam

  10. 1 buku untuk 1000 mimpi (t.b.c)
    Sebuah kegiatan pengumpulan buku untuk dibagikan kepada anak-anak alam di pelosok negri

  11. Sepatu untuk adikku (t.b.c)
    Sebuah program pengumpulan sepatu bekas / baru yang akan disumbangkan kepada anak-anak alam

  12. Tas untuk adikku (t.b.c)
    Sebuah program pembuatan tas baru yang didukung oleh sponsor dan pengumpulan tas bekas yang akan disumbangkan kepada anak-anak alam

  13. Launching 1 Camera for 1000 Smiles project (soon)
    Sebuah project bekerjasama dengan Urban Artistry Photography Asutralia membuat perpustakaan kamera di sluruh dunia.

  14. Youth Leadership Training (t.b.c)
    Sebuah pelatihan kepemimpinan anak muda ala anak alam

  15. Young Entrepreneur Workshop (t.b.c)
    Sebuah workshop kewirausahaan untuk anak muda yang akan bekerjasama dengan instritusi lain.

  16. Green Camp & Youth Leadership Camp anak alam (t.b.c.) GREEN CAMP III DONE!
    Sebuah kemah sosial dengan melibatkan anak-anak muda untuk anak-anak alam.

  17. Hard Rock Radio Bali - Anak Alam (full year)
    Program kerjasama Hard Rock Radio Bali dengan Anak Alam selama setahun penuh. tx. mas tommy.

  18. Beasiswa Anak Alam
    Program jangka panjang beasiswa dan orang tua asuh anak alam.

  19. Buku Mimpi Dari Balik Bukit 'Risalah Anak - Anak Alam' (t.b.c)
    Penerbitan buku anak alam dengan dukungan sponsor dan donatur yang berbaik hati, sehingga lebih banyak orang yang bisa membaca risalah anak-anak alam.

  20. Kembang Api di Atas Kampung Suci (31 desember 2010)
    Perayaan tahun baru ala anak alam di bebukitan.

  21. dan masih banyak lagi.

Bagi perusahaan atau organisasi lain yang ingin menjadi bagian dan bekerjasama dengan Komunitas Anak Alam dalam kegiatan-kegiatan kami ataupun sebaliknya, kami akan sangat bersenang hati dan membuka tangan lebar-lebar untuk bersama-sama berbagi SENYUM untuk anak-anak negri. Untuk informasi selengkapnya tentang kegiatan-kegiatan kami, mendapatkan proposal, dan laporan aktivitas tahunan anak alam 2009-2010, silahkan menghubungi kami di nomer telepon dibawah.

Kami juga membutuhkan anak-anak muda terbaik dan berdedikasi indonesia untuk menjadi project leader kegiatan-kegiatan komunitas anak alam. Silahkan menyumbangkan tenaga, pikiran dan pengetahuanmu.


menjadilah PERUBAHAN
yang ingin kamu lihat di dunia ini.

-gandhi


Terimakasih tak terperi kawan anak alam.

Salam anak indonesia,
Salam anak alam


pande putu setiawan
KOMUNITAS ANAK ALAM
bali, 9 maret 2010

untuk info selengkapnya silahkan menghubungi:
PANDE: 0817265028
web: www.anakalam.org
blog: komunitasanakalam.blogspot.com
email: komunitasanakalam@yahoo.com
8:04 PM
11:47 PM

1 Anak Alam 1000 Cinta Video

3:08 AM

Sepucuk Bunga Hati untuk Negri



"BEBASKAN DIRIMU DARI BERMENTAL BUDAK
TAK ADA ORANG LAIN YANG BISA MEMBEBASKAN PIKIRANMU
SELAIN DIRIMU SENDIRI"

- bob marley (redemption song)

: untuk Indonesia, 20 Mei 2010


dear kawan anak alam,


ini adalah mereka. pramugari yang berani 'terbang' dengan truk pickup pengangkut sapi, fotografer yang berani memotret model ingusan betulan dan tak pernah mandi - bukan model cakep seksi -, perawat yang mau pergi jauh hanya untuk mengajari anak-anak kecil di pegunungan cara menggosok gigi, pemilik usaha yang tak hanya memikirkan profit namun juga benefit bagi orang lain memberi sebagian harta, pemilik restoran yang mau berbagi chicken nugget kepada orang miskin bukan hanya menjualnya kepada turis. para revolusionis dalam dunia yang semakin kabur.

tak tabu berjalan bertelanjang kaki di pantai tengah malam, memandang langit mencari pencerahan pikiran. tak ciut mendaki bukit hanya untuk mendengar bisik cemara. tak tabu untuk bermimpi. tak tega menjadi benalu untuk taman hati yang saban hari kami pijaki. kami adalah alam, alam itu sendiri. kami kawan, sahabat, teman alam.

bercanda lepas. berhati bening. kami berteriak. kami mengejar kupu-kupu di taman hingga senja. kami bermain layang-layang di bawah tempa sinar mentari. apa yang ditakutkan dari mentari sementara tanpanya tak ada kehidupan? kami tak sembunyi di balik tembok persegi berpintu satu berjendela empat. kami tak sembunyi saat hujan. kami adalah anak-anak, anak itu sendiri. kami ada untuk mereka, ia yang telah meminjamkan kami bumi ini.

tangan mengepal. hati ini mencinta. mata nanar lihat ke depan. asa tak terpatahkan oleh angin. kami adalah karakter, bukan barang cetakan. pantang menyia-nyiakan tantangan.

kami adalah jiwa-jiwa terbebas. terbebas dari belenggu apapun yang mengatas namakan peradaban memperbudak. kami peradaban itu sendiri. mereka adalah diri kita sendiri. kita semua adalah peradaban itu sendiri. kita semua adalah sama. manusia, hewan tumbuhan itu kita. kita adalah bumi. Bumi yang bergerak namun tersadar. kami kakinya. kami tangannya. kami badannya. dan seperti mentari di pagi hari, kami terus akan ada. untuk bumi (yang tak lain kami sendiri).

ini darah dan nafas kami: merah dan putih. kami rajut ia dalam sebuah karya, kerja, dedikasi, pemberian (tak meminta). kami adalah merah putih itu sendiri. INDONESIA.

ini karya kami sebagai tanda CINTA, untukmu: negriku!




cinta,
Pande
dps
20 mei 2010
7:09 AM

Mimpi Kiud



Mimpi,. Kemauan.... semangat....
Mengapa harus menunda mewujudkannya.....
Dan kini harus MULAI MELANGKAH...

-kiud


Wow! Tak pernah saya membayangkan akan jadi seperti ini. Mimpi yang hanya memberikan beberapa adik-adik di desaku sebuah buku cerita saja kini akan menjadi mimpi yang lebih besar lagi. Saya benar-benar tak pernah menyangka sebelumnya.

Telah sejak beberapa lama setiap hari saya sisihkan beberapa ribu dari uang saku saya untuk memenuhi target di bulan desember. Bulan desember ulang tahun saya yang ke 20.

Sejak saya SMP saya mempunyai mimpi ingin sekali ulang tahun saya dirayakan sekali saja (sebab orang tua tidak pernah merayakan ulang tahun anaknya, selain dengan menyantap nasi goreng dalam 1 nampan bersama). Namun bukanlah perayaan 'party' dengan musik keras dan pakaian gaun dengan biaya berjuta-juta yang akan habis semalam??? Tidak...

Saya ingin konsep berbeda. Awalnya saya ingin membelikan baju untuk adik-adik di desa, namun stelah saya pikirkan lagi. Bulan desember yang identik dengan liburan semester, saya bermimpi memberikan buku kepada adik-adik. Meski 1 namun dengan judul yang berbeda. Dengan demikian mereka bisa saling tukar dan bergiliran membacanya. Cuma sebatas itu saja mimpi saya, yang barangkali saya bisa wujudkan. Sebab kerap kali ibu selalu melarang saya untuk bermimpi yang tidak-tidak.

Pun dengan itu , saya juga ingin memberi contoh kepada teman-teman seumuran saya di kampung untuk tidak sekedar ngobrol-ngobrol di pinggir jalan, main billiard, atau sekedar mempreteli motor dengan biaya jutaan... ( bukan maksud menjelekkan, namun fenomena itulah yang saya lihat di daerah saya, jangankan untuk bertukar pikiran, sekha muda-mudi pun tidak ada.. itu menjadikan kami semakin tidak peduli satu sama lain dan saling menjauh..)

Saya sebagai perempuan, juga ingin mengubah persepsi orang tua yang menganggap anak perempuan setelah SMA pasti akan menikah. Dulu saya berpikir, apa ini yang hasil yang kita dapatkan setelah sekian bayak waktu, biaya dan tenaga kita keluarkan untuk bersekolah dan hanya diakhiri dengan sebuah pernikahan???

Mengapa tidak melakukan hal yang berguna dulu sebelum pergi...?? Orang tua sibuk dengan pekerjaannya.. (yang rata-rata petani dan undagi) sedangkan remaja seumuran saya setelah tamat enggan tuntuk terjun ke sawah. Kecuali di sudah menikah, barulah mereka mau belajar (mewarisi pekerjaan orang tuanya) selain itu dihabiskan dengan diam.. atau sesekali minum-minum..

Saya takut kalau seandainya apa yang mereka kerjakan akan berimbas kepada anak-anak. Betapa tidak, seperti menjelang nyepi kemarin, saya lihat sendiri Anak-anak SD sudah pada ngecat rambut..
Ketika ketemu di kampung pun sudah ada yang tindikan dan merokok..

Sulit memang merubah. Namun pastilah ada cara untuk mencoba itu. Menyadarkan mereka...

Dikenalkan dengan Facebook, akhirnya mengenalkan saya dengan komunitas anak alam. Sering saya bergabung dengan berbagai grup peduli pendidikan di facebook, namun tidak se intens project anak alam: 1 buku untuk 1000 mimpi (yang saya kenal pertama ) dalam memberikan motivasi-motivasi...
Sehingga itu menggugah saya untuk sekedar berkomentar di grup itu...

Saya tidak menyangka, begitu cepat respon, dan mimpi saya yang hanya sebuah buku. Katanya bisa menjadi lebih besar lagi.

Membaca tulisan-tulisan di blog komunitas anak alam membuat saya semakin iri dan tak sabar ikut berbagi senyum pada mereka. Hingga di suatu senin tanpa pernah menduga, dapat bertemu langsung.. Ngobrol.... Dan ternyata memacu semangat saya...

Saya sempat ditanya sama Bli Pande:
“bagaiman kondisi pendidikan di tabanan??”
Saya yang jarang sekali keluar rumah kecuali dengan keluarga, sebenarnya sangat bingung menjawabnya...
Saya yang besar di wilayah tabanan kota ketika ditanya itu, dengan jujur seperti yang saya ketahui pendidikan di tabanan baik-baik saja...

Ketika ditanya apa yang bisa dibantu di daerah tabanan... ??
Saya menjawab "mungkin pemudanya yang perlu di sadarkan..."

Berbekal pertanyaan yang masih ada di benak saya. Saya iseng bertanya dengan orang tua.
(sebenarnya saya takut bilag ikut organisasi dengan orang tua Karena berbagai LSM yang saya coba pasti dilarang. Namun ini berbeda sekali, saya didukung oleh orang tua)

Orang tua saya menyarankan untuk mencari tau tentang kondisi pendidikan di wilayah tabanan pegunungn (wilayah selemadeg ke utara, wilyah gunung sari ) atau wilayah pupuan.

Ketika ditanya lebih detail oleh bapak, saya bilang saja kalau Komunitas Anak Alam perlu membuat rumah baca. Dan saya bertanya lagi.. kira-kira dimana ya yang cocok kita dirikan..??

Saya tak menduga respon bapak..
“coba bapa sudah bangun rumah di kampung, ...”, karena bapakku ternata dari dulu punya impian punya perpustakaan mini. dan ibu pun mendukung ini. semoga dalam waktu dekat ini saya berhasil merayu pak de (paman) tentang tempat untuk rencana mengoperasikan rumah baca.

Mulai setelah ketemu dengan bli pande, mbok nia, dan mbok eka (senin malam) saya lebih gencar lagi mengirim SMS pada temen2 di tabanan, menanyakan daerah yang patut kita sasar. Beberapa dari mereka memberi jawaban yang sama di sekitar selemadeg atau pupuan, juga wilayah baturiti, dan penebel, atau bagian kerambitan pedalaman, saya masih terus mencari informasi untuk itu.

Sambil pulang ke kampung, sambil ngobrol-ngobrol di warung dengan bapak2 disana, saya mendapat rekomendari tempat sekitar wilayah selemadeg.

Ketika mereka bertanya tentang program-program yang ada di komunitas anak alam, saya menjelaskan sebisanya, dan mereka tertarik sekali dengan apa yang saya sampaikan, terutama rumah baca, dan beasiswa.

Seorang dari mereka bertanya:
"Apa bikin rumah baca itu harus dirumah ya..??
Saya yang tidak tau apa2 menjawab sebisanya, "seperti di wilayah bangli.. itu memang ada yang mau menyumbangkan tempat..."

Mereka bertanya lagi:
"Apa tidak bisa bekerja sama dengan adat..??"
Wah ternyata bapak-bapak di kampung juga antusias terhadap kegiatan ini...

Selain itu, bapak-bapak itu juga memberikan informasi kepada saya. Kalau setiap liburan kenaikan, masing-masing banjar biasanya mengadkan pesraman untuk mengisi waktu liburan anak-anak.

Dengan info itu. Saya kemudian memiliki ide bagaimana kalau kita terjun juga pada waktu liburan sambil sedikit berbagi ilmu pada mereka. Benar yang dikatakan kak nia. setiap niat baik, pasti ada jalan.

Sore hari setibanya saya dari denpasar saya selalu menyempatkan diri ke perpustakaan Umum daerah Tabanan. (Letaknya di Belakang kantor bupati tabanan) hampir setiap miinggu saya dapat saja kesempatan untuk main-main kesana.

Perpustakaan umum di tabanan memang ada. Namun jarang sekali anak-anak SD yang melancong kesana. Paling hanya anak-anak SMP 2 tabanan, SMP 3 Tabanan atau SD 6 Delod peken yang ada di areal itu. Koleksi buku-buku yang kebanyakan lama. (meski sekarang sejak 2 bulan terakhir telah banyak buku-buku baru) namun karena kurang sosialisasi perpus pun kadang digunakan sebagai tempat pacaran .. ironis sekali..

sambil meminjam 3 buah buku, saya sedikit mengobrol dengan petugas disana tentang pengunjung perpustakaan, hingga mobil keliling, bapak itu membenarkan kalau kebanyakan anak-anak SD jarang yang ke perpustakaan, meski katanya sudah dibuatkan kartu perpustakaan dari sekolahnya secara gratis.. namun jarang yang memanfaatkannya...

prihal mobil perpustakaan keliling itu, perpustakaan tabanan hanya memiliki 1 buah mobil perpustakaan keliling dan itu biasanya beroprasi skatanya setiap hari.ke daerah-daerah.. (bapak itu tampak sedang mengingat-ingat)

Itu baru sedikit informasi yang dapat saya himpun dari Tabanan. saya dan teman-teman di Tabanan.. juga masih menghimpun informasi-informasi karena sejatinya kami belum mengetahui pasti tantang daerah2 pelosok di tabanan yang kondisinya kira-kira hampir mirip dengan di Blandingan.

Hehehhee.... Saya juga begitu kagum dengan teman saya di tabanan, juga di kampus yang juga semangat membatu adik-adik...
Terima kasih.....

Mereka (anak-anak itu.. ) mendorong saya untuk lebih berani....

^^

saya tidak bisa menulis.. tanpa bisa puitis...
jadi semoga saja mengerti maksud saya...


Penulis:
Ayu Kartika Kiud (19)
koordinator komunitas anak alam distrik tabanan bali


note:
dear Ayu Kartika Kiud. Kau telah menunjukkan apa yang tak kau bicarakan dalam pertemuan itu yang kau pendam. kau pantas mendapatkan penghargaan tertinggi dari kami. _Pande
1:43 AM

Rumah Baca Anak Alam - Perpustakaan Keliling Bali. Kini Kamu pun bisa membuat Rumah Baca Anak Alam di kampung kalian?





"bermimpilah!

Masih ingat? Baru saja aku menuliskan sebuah note untuk Kiud bahwa semesta akan bahu-membahu mewujudkan mimpi kita, dan tak lama berselang semesta menjawab lewat message Mbak Yusi ke inbox FB saya. "Kiud akan mendirikan Rumah Bacanya lebih awal De." begitu kira-kira isi pesannya.

Satu berita yang baik kan? hanya karena sebaris mimpi Kiud kan? Dan semesta kali ini benar-benar lagi berbaik hati.

Rumah baca Anak Alam adalah mimpi lama kita, salah satu kegiatan utama kita semenjak awal, dan tentu hingga kini. dan terimakasih semesta (dan IA yang menciptakannya), bersama perpustakan keliling bali kita akan mengembangakan Rumah Baca Anak Alam kita lebih dini. tentu ke seluruh Bali.

Ini juga sekaligus tantangan buat para Kawan-kawan anak alam semua, koordiantor distrik, project leader dan semua dari kita yang memiliki passion untuk berani bermimpi dan kita akan bersama-sama bahu membahu mewujudkannya.

Kita tak muluk-muluk. kita juga tak mau pernah bekerja asal jadi apalagi latah! itu bukan gaya kerja ANAK ALAM. kita bekerja berdasarkan 'passion' dan tentu sebuah keniscayaan bahwa semua hal yang kita kerjakan harus benar-benar pantas dan bermanfaat kita kerjakan.

Jika itu hanya untuk 'fashion' kenapa nggak bikin fashion show aja. atau nongkrong di mall. atau bikin yang aneh-aneh, kau bakalan dikenal. gampang kalau kau mau jadi terkenal. tapi sekali lagi kita BEKERJA. masih ingat? "muda, beda dan berbahaya"? kreatifitas adalah nafas kita. oya, kita sedang bekerja sosial!

Jadi, 'merasa' miskin tak tabu bagi kami. namun 'takut bermimpi' itulah yang tabu buat kami.

Siapa yang berminat, akan disediakan panduan Rumah Baca, Buku, dll dengan bantuan perpustakaan keliling Bali.

Tentu Kiud yang pertama untuk Kerambitan - Tabanan.
Masih ada yang berani bermimpi...?


cinta,
pande
dps
19/5/2010

selamat berkarya untuk INDONESIA.
12:35 AM

Melongok Desa Belandingan Bersama Komunitas Anak Alam (DENPOST, Minggu 16/5/2010 hal.3)





Untuk sebuah tempat wisata dengan predikat ‘pulau wisata terbaik di dunia’ tentu hal ini adalah sesuatu yang mengejutkan. Ribuan anak-anak seumuran sekolah dasar yang tinggal di pelosok-pelosok pulau Bali tak pernah melihat Bali mereka dan tak melanjutkan sekolah. Tak luput juga 3000-an anak yang tinggal di kaldera danau batur.

Mentari pagi di desa Belandingan selalu memberi hangat yang berbeda bagi beberapa orang anak muda ini yang tergabung dalam Komunitas Anak Alam. Belandingan adalah salah satu desa paling terpencil dan adalah desa yang secara ekonomi, pendidikan dan kesehatan paling terkebelakang dibandingkan desa-desa yang mengitari kaldera danau batur. Namun hal ini sedikit memberi keuntungan, alam dan kehidupan disini masih terasa asri dan damai.

Komunitas Anak Alam didirikan oleh Pande Putu Setiawan seorang anak muda Bali yang unik dan nyentrik. Pande sendiri adalah lulusan Sekolah Pascasarjana UGM dan berkesempatan studi ke Kanada dalam sebuah pertukaran mahasiswa. Namun, diantara ribuan lulusan (bahkan S2) barangkali baru Pande lah yang berani berkantor di ’hutan’ dengan meja kerja keranjang rumput tanpa penghargaan status sosial dan gaji pemerintah. Ketika aku tanya perihal itu ia tersenyum dan menjawab ”Hidup adalah pilihan, bukan kesempatan. Lagipula ilmu pengetahuan sejatinya bukanlah alat untuk memenuhi hasrat pribadi, namun kemajuan sosial.”

Sabtu lalu Komunitas Anak Alam melaksanakan kegiatan Green Camp nya yang ketiga. Green Camp sendiri adalah sebuah kerja sosial untuk anak muda dimana mereka mengajar, bermain, bernyanyi dan tentu menginap di desa Belandingan. Dan keesokan harinya disusul oleh kegiatan pengembangan karakter dan kepemimpinan pemuda di alam dengan menjelajah alam.

Dan dalam Green Camp kali ini pula adalah sebuah sejarah tersendiri bagi Komunitas Anak Alam. Dengan koordinator Dewi Utari dan pendanaan mandiri dari Kawan-Kawan Anak Alam , mereka telah memiliki dan memberikan beasiswa bagi 11 orang anak dari 3000-an anak dengan masing-masing orang mendapatkan beasiswa sebesar Rp. 100.000. Program ini pun adalah sebuah program orang tua asuh, dimana para ’orang tua asuh’ ini akan mendapatkan laporan bulanan tentang anak asuhnya maupun kegiatan Komunitas Anak Alam yang lain.

Kegiatan Green Camp itu ditutup dengan pelepasan burung tekukur di pesisir utara danau batur. "Ini hanya sebuah pesan bahwa kedamaian itu indah. Alam yang lestari tanpa terlalu banyak hiasan tangan manusia itu indah. Dan kami juga ingin kelak anak-anak kami itu bisa merentangkan sayap seperti burung-burung yang terbang bebas itu. Bahwasanya ada dunia di luar sana untuk ditaklukkan selain ladang dan sapi-sapi mereka di bebukitan!" pungkas Pande.

~

terimakasih bli komang Sutrisna untuk termuatnya artikel ini.

salam/pande
10:12 PM

leadership on a DIFFERENT level




"Kami memang tidak menerbangkan manusia ke bulan. Juga tak menemukan vaksin penyakit mematikan. Tapi setidaknya kami berbuat sesuatu yang kami bisa sumbangkan untuk negri."
Komunitas Anak Alam


dear Kawan Anak Alam,


Dan kini ia telah menjelajah negeri bahkan benua. anak pikiran kita: ANAK ALAM. Ia adalah 'sekolah para pemimpin masa depan' pemimpin yang tangguh, ulet namun juga memiliki empati yang membumi. mencinta bumi.

Komunitas Anak Alam aku dirikan dengan bekal bahan bakar yang cukup. Aku tentu salah satu bahan bakar itu. dan apa yang telah aku tambahkan ke tangki itu?

Menjadi muda dan menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dan University of Victoria British Columbia Canada telah menjadi dasar fondasi berpikir logika untuk cetak biru ANAK ALAM. Bahwasanya kita bekerja tentu dengan 'passion' itu tak diragukan lagi, tentu juga didasari oleh logika berpikir kuat dan matang. Semua itu tentu aku dapat dengan penuh pengorbanan, dan kini ia yang 'mahal' itu kalian bisa dapatkan gratis di ANAK ALAM. ini sebuah komitmen. ini sebuah dedikasi pribadi.

Tentu sebagai seorang seniman sastra dan rupa hal ini telah memberikan nafas kreatifitas dan keleluasaan untuk menjadi berbeda, ala kita, yang telah menjelma menjadi kegiatan-kegiatan ANAK ALAM yang mengejutkan banyak orang. 1 Buku untuk 1000 Mimpi. 1 Camera for 1000 Smiles australia. BANGUN, BUKA MATA, LIHAT DUNIA (TM), GREEN CAMP ANAK ALAM, RUMAH BACA ANAK ALAM, BEASISWA DAN PROGRAM ORANG TUA ASUH ANAK ALAM, CERITA SURAT UNTUK INDONESIA, BERBAGI DAN MENGINSPIRASI, I am not a plastic island (TM), KONSER AMAL ANAK ALAM, BUKU ANAK ALAM, dan masih banyak kegiatan yang lain. Ini hasil dari sebuah imaji dan kreatifitas yang didasari oleh logika yang kuat. Dan kalian berada di kapal yang kuat dengan pelayar-pelayar kuat. Dan tentu imajinasi dan pemikiran kalian adalah bahan bakar berharga berikutnya. bahan bakar yang jumlahnya tak terkira jika kita bersama. (bukankah INDONESIA akan tersenyum olehnya?)

Tentu sebagai seorang pecinta kesahajaan hidup, aku mencintai nilai spiriatualias hidup yang sederhana. Aku orang yang terlalu mencintai keserhanaan, walau hidup dan besar di dunia yang spohisticated ini. Ini telah menjadi warna lain dalam ANAK ALAM. Bahwasanya bekerja sosial tak butuh atribut dan tetek bengek list keanggotaan yang njelimet.

Siapapun kita yang memiliki 'cinta', ia adalah Kawan Anak Alam. siapapun ia yang 'muda' tak hanya foya-foya dan berani memberi tanpa menerima, berani 'bekerja' tanpa digaji untuknya, berani memberi tanpa berharap pahala, ia Kawan Anak Alam.

Waktu telah membawaku ke beberapa ragam ranah hidup manusia. Terakhir kali bekerja untuk 14.000 kk atas nama UNITED NATIONS WORLD FOOD PROGRAMME (Badan Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa) adalah sebuah pengalaman tak ternilai harganya. bukan selalu uang, emas, berlian yang bernilai. Pengalaman juga. Tentu ia juga adalah harta. kan?

tentu itu juga yang aku berikan untuk ANAK ALAM. Ada code of conduct training, sexual harassment training, dan UN system yang kalian bisa unduh darinya, gratis tanpa biaya. iya! :)

Dua tahun lalu entah karena keberuntungan atau karena memang kita yang membuat keberuntungan itu ada, aku menjadi youth representatif dalam 14th ASEAN Youth Day meeting dan Youth Award di Vientiane Laos. Waktu itu aku berdiri di atas panggung, di depan forum ASEAN Youth atas nama kawan-kawan muda kita di Indonesia dan menceritakan apa yang kita lakukan di negeri yang kita cintai ini: Indonesia, tentu juga menceritakan tentang sampah kain yang kawanku pungut dan ia jadikan barang berharga yang membawa temanku itu memenangkan Young Entrepreneur Kementrian Pemuda dan Olahraga waktu itu.

Itu bahan bakar yang ada di tangki itu. Gunakan ia untuk menyalakan lentera kalian.

Ini masalah mendasar kepemimpinan. Kepemimpinan adalah sesuatu yang besar oleh ujian, waktu dan tentu oleh komitmen dan oleh konsistensi. Ia tak terjadi dalam hitungan hari.

Aku telah dan akan terus ada di depan saat-saat badai, membuka bajuku, melawannya hingga kita bisa belajar banyak darinya. Belajar sesuatu yang belum pernah kita dengar dan tahu. dan tentu aku akan senang kelak duduk manis sambil meminum segelas kopi hangat melihat kalian bermain di taman kecil tempat bebunga mimpi kita tlah bertumbuh, berbunga, berbuah. Ada kalian serta yang juga tlah bertumbuh bersama mimpi kalian.

Dan SEJARAH kini ada ditangan kita. akan kita apakan ia? aku ingin kalian semua menjadi pencetak-pencetak sejarah itu! bukan selalu menjadi penyaksinya. Aku ingin kalian semua menjadi pemain bolanya, bukan selalu komentator atau penontonnya. Kita yang akan menanam benih-benih bunga itu dengan tangan kita sendiri. Takut kotor karena tanah? lupakan.

Dan ketika kelak bebunga yang kalian tanam itu juga sudah bertumbuh, waktunya kalian yang minum kopi, sambil baca novel di bawah sebuah pohon. Ada cerita tentang jejak-jejak sejarah kalian sendiri di taman. ada pohon jambu rindang.

Sebuah pohon yang bahkan tak pernah memakan buahnya sendiri, semua ia berikan untuk orang lain bahkan yang tak pernah berucap terimakasih untuknya. dan saban malam ia tersenyum karena telah memberi hadiah.

tongkat itu kini di tangan kalian.
CETAKLAH SEJARAH-SEJARAH BARU untuk indonesia yang sangat kita cintai ini.



salam anak indonesia
salam anak alam


pande
dps-bali
17/5/2010

Lebih dekat dengan Pande Putu Setiawan dan ANAK ALAM, sebuah komunitas anak-anak muda berani dan berkomitmen untuk mengorbankan waktu, tenaga, peluh dan dirinya untuk masa depan anak-anak tak mampu khususnya dalam hal pendidikan? Malam ini Tommy & Riri Show pkl: 22:00 - 24:00 di Hard Rock Radio Bali 87,8 FM. stay tune! don't be missed!

University of Victoria British Columbia Canada
University of Victoria British Columbia Canada
Vientiane Laos. 14th ASEAN youth meeting adn youth award.
United Nations World Food Programme. ah, what a huge love here..
United Nations World Food Programme. ah, what a huge love here..
Indonesia International Work Camp
Indonesia International Work Camp
Thank You! See u again!
7:51 AM

Kau Tak Kan Pernah Berjalan Sendiri!



Memo untuk para Koordinator Distrik, Project Leader dan Kawan Anak Alam



Pemimpin yang baik selalu mencetak pemimpin-pemimpin
yang jauh lebih hebat dari dirinya.

pande



Komunitas Anak Alam adalah sebuah organisasi sosial anak-anak muda -atau yang berhati muda- , non-profit (nirlaba dan terbebas dari kepentingan komersial), non-religious (terbebas dari kepentingan agama), dan non-political (terbebas dari kepentingan politik). Kami suka hidup damai, seperti ini sahaja, di bumi yang tetap indah ini, tanpa atribut.

Ini juga adalah sebuah ideal intelektual. Kami meyakini bahwasanya pada akhirnya ilmu pengetahuan bukanlah alat untuk memenuhi hasrat pribadi tapi alat untuk kemajuan sosial. Semakin tinggi pendidikan kita, sudah sepantasnya kita semakin bertanggung jawab -menjadi agen perubahan- bagi banyak orang-orang yang tak memiliki kesempatan di luar sana. Bukannya malah sebaliknya semakin menjauh, memberi jarak semakin lebar dengan mereka. Dan lebih buruk menjadi apatis dan tak peduli.

‘Jembatan’ ini kita gunakan untuk mempertemukan banyak orang. Antara kalian yang barangkali hidup lebih beruntung, dengan orang-orang lain, anak-anak kita di luar sana yang tak seberuntung kita, yang tak pernah ‘melihat’ dunia, tak pernah makan fast food, tak pernah jalan-jalan ke mall, apalagi baca komik atau koran? Ada yang memberi, ada yang menerima.

Kami bangga, sejauh ini kami telah bertemu [menemukan] kawan-kawan muda terbaik bangsa yang BERANI, berkomitmen, berdedikasi, dan telah memberikan sumbangsih, peluh, waktu, tenaga, material, dan cintanya dalam kerja, kegiatan dan project Komunitas Anak Alam selama ini. Kalian yang telah menjadi tulang punggung ’jembatan’ itu.

Menjadi bagian dari kehidupan anak-anak alam Belandingan selama ini telah menjadi salah satu hal terindah bagi kita, bukan? (Mudah-mudahan ia juga akan menjadi bagian indah hidup kalian) Menjadi bagian dari alam yang menawan dan sahaja, tertawa, menangis, geregetan, berlari, bermain, bernyanyi, melompat dan berteriak dalam hujan telah memberi kita cara pandang baru untuk melihat dunia. Kau tak kan melihat dunia dengan cara sama, dan tentu kau tak kan pernah berjalan sendiri!

Dan ketika kini Komunitas Anak Alam telah melewati setahun lebih kiprahnya dan ia bertumbuh dan bahkan telah merentangkan sayap, terbanglah bersamanya. Ia adalah pupuk, ia ada untuk membuat pucuk-pucuk muda seperti kalian bertumbuh. Ia adalah minyak, ia ada untuk menyalakan lentera jiwa kalian. Bertumbuhlah! Pantiklah apimu!

Komunitas Anak Alam adalah muda dan sederhana. Itu kata kuncinya. Itu nafas kita. Memberikan sumbangsih karya kepada negri dengan cara sederhana saja, dengan gaya ‘muda’ ala kita. Bahwa bekerja sosial bukanlah hal yang ekslusif dan ribet dengan tetek bengek list keanggotaan yang jelimet. Tentu kalian masih ingat lagu anthem kita, 'Muda Beda Berbahaya' –SID. Juga 'Lentera Jiwa' -nugie. Jadi kerjakan dan berikan apa saja yang kalian punya. tentu dengan cinta. Semudah itu.

Selamat datang Ayu Kartika Kiud (19 th) Koordinator Komunitas Anak Alam Distrik Tabanan Bali, I.B. Putra Wira Adnyana (22) Koordinator Komunitas Anak Alam Distrik Gianyar Bali, dan juga Putu Veni Venikagitayani (21 th) Koordinator Komunitas Anak Alam Distrik Singaraja Bali beserta Made 'jenong' Widhiarta (23 th) dan Septi Ana (21 th) Kawan Anak Alam distrik Singaraja yang menemani Veni bekerja.

Selamat berkarya untuk Indonesia. Selamat berkarya untuk Bali. Selamat berkarya untuk Tabanan, Gianyar dan Singaraja. Bahwa kita harus menjadi warga negara terbaik untuk Indonesia dimanapun kita berada, itu pasti. Menjadi anak muda yang tak hanya foya-foya, mari memberi sesuatu -walau sahaja- untuk indah negeri ini!



Salam Anak Indonesia,
Salam Anak Alam,

Cinta,
Pande
Ubud
11 Mei 2010

Indonesia bangga kepada kalian.

Web: http://www.anakalam.org
Blog: http://komunitasanakalam.blogspot.com
6:22 AM

GREEN CAMP III day 2. ‘it’s all about love. It’s all about GIVING!’

note ke-4 dari 4 note greencamp



pulanglah dengan kesenangan, dan kenangan.
tinggalkan hanya jejak kakimu.

GREEN CAMP ANAK ALAM

day 2


Seperti yang telah ditulis dalam jadwal camp, hari ini jam 6 pagi semua dari kita harus sudah bangun tak terkecuali aku. Aku setel alarm di HP jam 5:45 am. Dan seperti biasa itu artinya aku akan bangun 1 jam setelahnya. Jam 7 kawan-kawan sudah pada sarapan roti dan aku baru bangun. Sementara anak-anak alam sudah tak terlihat entah kemana, ternyata mereka ada bermain di halaman belakang.

Kami segera memulai petualangan kami pagi ini. Tak ada Green Camp tanpa trekking. Jadi ini wajib. Maka kita tinggalkan basecamp damai seperti semula lagi, dan kita berjalan kaki melintas di jalan menuju ujung banjar ulun danu yang kemudian disusul oleh jalanan menanjak manaiki bukit yang merupakan jalan umum bagi warga yang tinggal di balik bukit untuk turun ke songan.

Walau kini di ruas yang lain telah dibangun jalan mobil, namun setapak ini masih merupakan jalan utama. Ini adalah ujian pertama, akan segera terlihat siapa yang kelebihan bobot dan siapa yang kekurangan bobot. Namun aku salut satupun tak ada yang mabok, muntah, menyerah, semua dari mereka sampai di pucak bukit lengkap tak kurang sesuatu apapun.

Dan usaha mereka tersebut terbayarkan. Bagi yang haus, di atas bukit itu mereka bisa beli air minum dalam kemasan. Tentu ini adalah grand prize-nya sebuah pemandangan yang tak ada duanya, ’unparalelled beauty’ dari alam. Tuh kan kini kalian percaya apa yang aku bilang, kecantikan alam tak bisa ditandingi oleh kecantikan bangunan beton buatan manusia.


Kita beranjak bersama-sama dari warung dan mengakhiri trekking tersebut di salah satu spot biasa kami istirahat. Namun ada catatan penting yang harus aku tulis: Tempat ini dilarang digunakan untuk Pre Wedding. Biar ia damai seperti ini. Keindahan ini biar sahaja saja seperti ini. Segala sesuatu komersil amat sih!? Kita datang ke sini bukan sebagai turis, pemotretan, apalagi untuk pre weddding. Kita pekerja sosial. Pekerja kemanusiaan. CATAT! Kalau mau berwisata masih banyak tempat lain di bali yang kalian bisa pilih. ugh...

Tak cukup lama kita di sini karena mbak Yuli dan kawan-kawan dari Kaskus reg. Bali karena harus kembali bekerja pagi ini. Kita harus kembali sekarang. Melihat ada mobil pickup parkir, mbak yuli berubah pikiran. Ia memilih untuk mencoba mencari sopir pickup itu untuk mengantar mereka turun daripada jalan kaki. Maklum, perjalanan mereka masih jauh ke denpasar mereka harus hemat tenaga.

“Bli, bang sopir saya harus nyetir lagi setelah ini, jadi kasihan dia kalau harus turun bukit dengan berjalan kaki lagi. Boleh tolong cariin pemilik picup ini nggak!” mbak yuli meminta bantuan aku untuk mencarikan pemilik pickup itu.

Kebetulan keberuntungan masih berpihak kepada kita, pemiliknya yang juga pemilik warung beratap bluu di atas bubung pegat itu sedang berada tak jauh, di ladangnya sedang menancapkan potongan-potongan bambu untuk tananaman tomatnya.

Dengan modal selembar 50 ribuan, sudah cukup untuk mebawa 6 orang kawan-kawan Kaskus untuk sampai di basecamp anak alam di songan. Sementara aku berlalri menuruni bukit, menyusul kawan-kawan anak alam yang lain yang telah terlebih dahulu aku suruh untuk berjalan menuruni bukit bersama dengan Keliwon, Puspasena, Kerani, dan seorang anak alam yang lain.

Setelah pickup beranjak dari puncak bbung, aku berlari menuruni bukit mengejar kawan-kawan yang lain yang tadi telah terlebih dahulu turun bukit dan aku bertemu kembali dengan mereka persis di turunan terkahir di timur ulun danu. Dan akhirnya kita tiba di basecamp barengan.

Sementara mbak yuli langsung bergegas untuk kembali ke denpasar dan kami memilih untuk mandi ke pemandian air hangat Toya Bungkah saja pagi ini. karena kalau siang begini tentulah pemandian sepi, sehingga kami bisa lebih leluasa dan tak rikuh.

Namun apa boleh dikata, bahkan untuk seorang pekerja sosialpun kami dianggap TURIS oleh penjaga pemandian, kita semua harus bayar tiket termasuk anak-anak belandingan ini. SIGH! Aku nggak mau menuliskannya lebih panjang. Perutku mules.. hehe…

Oke kita memilih untuk kembali ke songan dan kita menemukan pemandian lain, yang ternyata milik keluargaku juga. Dan kali ini, kita meresmikan pemandian ini menjadi pemandian Anak Alam untuk camp-camp kita berikutnya. Sebuah pancuran yang dibagi antara tempat mandi cowok dan cewek, kami memuaskan hasrat mandi kami sambil berteriak, bernyanyi, melupakan tiket di pemandian Toya Bungkah.



(Seger! Terimakasih pekak konol yang telah memberi kami mandi gratis.)

Ini adalah sejarah tersendiri buat GREEN CAMP. ini adalah untuk pertama kalinya dalam green camp kita kedatangan lengkap team leader kita, tentu kita akan memberikan mereka beasiswa untuk 11 orang. (sementara) ini adalah rekor kita. mudah-mudahan ia segera akan terpecahkan.

Ketika tadi kami sedang bermain air di pinggir danau di atas perahu, mbak dewi memberitahu bahwa rombongan mereka baru sampai di tampaksiring. dan saat ini, ketika kita lagi asik mandi di kolam Kak Konol, ternyata mereka bilang sudah tiba di songan. terpaksa kita mempercepat acara mandi kita pagi itu.

dan betul, pas aku keluar dari gang yang menuju ke pemandian itu, kebetulan anggara yang juga ikut di rombongan mbak dewi melihatku dan melambai tangan. seperti film bolywood rasanya pertemuan itu. seperti sepasang sahabat yang memendam rindu. hehe...

semua pada senang apalagi pak erwin yang malu juga jika tersesat lebih jauh. akhirnya kita berangkat bersama-sama ke basecamp.

karena ini sudah siang, kita bergegas pergi ke belandingan. Grand Max ini lumayan juga dengan cc. 1500 pastinya ia bisa naik ke tanjakan menuju belandingan tanpa halangan, dan perkiraanku tak meleset.

jiaaaaaaaaaaghhhhhhhhhhhh....... anak-anak teriak! ketika terdengar suara mobil mendekat ke wantilan dari balik semak bambu. kami juga berteriak. tentu ini adalah pengalaman baru buat anggara dan pak erwin yang baru kali ini datang ke belandingan. karena mbak dewi sendiri sebelumnya sudah datang ketika tanggal 21 april lalu bersama 'kartini-kartini' tangguh masa kini.

Kami semua senang, apalagi aku, hari ini kami betul-betul membawa kabar gembira. bahkan bukan hanya kabar tapi benar-benar kegembiraan khususnya bagi anak-anak yang namanya kami sebut dalam daftar beasiswa.



satu per satu aku panggil dan mbak dewi beserta kawan-kawan lain memberikan amplop beasiswa kepada anak-anak yang dipanggil. dan aku memberi mereka pesan tambahan.
"Nak, cari uang ini susah."
"gunakan dengan baik."
"jangan disia-siakan."
"kalau masih bisa ditabung."
"kalau masih mau dibagi dengan teman-temannya yang lain yang nggak dapat beasiswa, boleh, tapi jika itu sisa."
semua mendengar pesanku seksama.

kebetulan juga sore ini ada Oka dan Sudiani yang akan mempersiapkan proposal Eagle award Metro TV-nya dan ingin membuat film dokumenter tentang kami, lengkaplah green camp ini mencetak sejarahnya sendiri.

ini benar-benar buah dari kerja keras yang kami tanam. hari ini kita percaya bahwa karya kita berbuah, walau masih berupa tunas muda. kami semua menyeka keringat ketika kita harus segera menyelesaikan kegiatan ini, dan bersiap untuk pulang ke basecamp.



Dan Green Camp III kali ini ditutup dengan pelepasan burung tekukur di pinggir danau Batur. Bagi kami ini hanyalah sebuah pesan kecil bahwa keindahan alam, kedamaian alam dengan burung yang bebas mencari makan dan bernyanyi jauh lebih indah daripada kebun binatang, pengrusakan alam, pengurukan danau, penggalian batu lahar gunung dan resort mewah yang mencaplok bibir danau. Namun bagi burung-burung tekukur ini adalah kebebasan, impian, hadiah.
Sekali lagi 5 ekor burung yang terbang bebas sore ini telah memberi kita pesan. Apakah kemudian masing-masing dari kita mendengar atau tidak pesan itu, kami kembalikan kepada hati kalian masing-masing yang juga memiliki mata dan telinga. Dengarkan kata hati. Lihat dengan mata hati.



Green Camp III ingin memberikan ucapan terimakasih tak terperi untuk: Mbak Dewi Utari Beasiswa Anak Alam & Karusel, Pak Gde Erwin Warung Be Pasih, Anggara, Mbak ayua, Mbak Sita, Dewi Pande, Bli Kodrat Bunute Restaurat & Bar Ubud dan Kawan-kawan VW Jakarta, Rani PT. Energy Consulting Indonesia Jakarta, Bli Gus, Gustu, Bli kadek, dan sepupu Rani, project leader anak alam: Nia, Febri, Radha Rani & Tom, Widhi, Eka Dewi, Mbak Yuli dan kawan-kawan Kaskus reg Bali, Sudiani & Oka, kawan-kawan jurusan Kesmas Unud, dan kawan-kawan anak alam yang tak bisa ikut camp kali ini yang telah memberikan sumbangan dan memberikan dukungan selama ini. Tanpa kalian karya kami tak kan pernah ada.

May peace prevail on earth.
Semoga damai di bumi.


Cinta,
Pande
11 Mei 2010

…dan jika kini kalian merindu wajah anak-anak manis itu, percayalah bahwa kalian sedang mendapatkan pencerahan paling berharga dalam hidup kalian!
2:41 AM

GREEN CAMP III day 1. malam hari. ada 1000 bintang. ada 100 anak-anak.




if we hold on together...


Day 1 (Malam Hari)


Kami tak jadi mandi di Toya bungkah sore itu, ternyata waktu tampak seperti berlari, kami tiba di basecamp jam 6 sore sementara kami janji untuk kembali lagi ke belandingan jam 7. 1 jam untuk mandi ke Toya Bungkah rasanya kurang waktu. Dan ternyata, bagaimana juga mau mandi di Toya Bungkah sementara permandian itu adalah permandian umum, yang saban sore dipenuhi orang, dan para cewek-cewek ini nggak bawa ‘maaf’ pakaian dalam ganti?

Hem… ya tak ada pilihan kali ini kita semua mandi di basecamp saja. Dan pilihan ini bukanlah pilihan yang salah, karena selama ini toh kami mandi di basecamp juga, kebetulan saja kali ini kami ingin mencoba suasana baru. Dan sekali lagi kami harus mandi air dingin atau lebih seperti air es saking dinginnya, melupakan air hangat ala natural spring Toya Bungkah. Di basecamp sendiri ada 2 kamar mandi, jadi kami berenam antri, dan Tom ternyata lebih malas dari aku. Aku pikir aku pasti yang paling malas? Hehe…

Mandi lumayan merubah pemandangan dalam wajah kawan-kawan. Setelah mandi semuanya tampak cantik-cantik lagi, (memang tadi nggak ya..??).

Makan malam telah disiapkan oleh pembantu ibuku, makanan spesial nasi dengan lauk ikan mujair sambal pedas ala danau batur. Ummm.. yummy….

Jam 7 kami kembali ke belandingan, sementara anak-anak sudah menunggu kami berkerumun di depan wantilan. Tiba di wantilan malam itu, wantilan tampak gelap. Ternyata lampu di wantilan mati dan anak-anak tampak kecewa, bukan kecewa kepada kami, tapi kecewa kepada diri mereka sendiri, orang-orang tua di kampung yang tak menyiapkan wantilan yang berlampu kepada kami. Mereka semua memutar akal, tentu kami juga memutar otak. Aha, ada ide. Aku teringat saat baca puisi di tengah lingkaran waktu tahun baru. Kini akan aku coba lagi.

Petikan cerita ’seorang anak yang memiliki peternakan sapi dengan 1000 ekor sapinya’ itu adalah hasilnya. Aku rasa dari diam dan seksamanya mereka mendengarkan ceritahu, dari ’api’ yang bahkan keluar dari kata-kata di bibirku hingga asap keluar dari kupingku, mereka semua terpantik. Bermimpi. Hanya itu.

Dan Patra salah satu pemuda kampung yang selama ini sering membantu kami mengambil inisiatif, mencarikan lampu neon, dan akhirnya setelah akal-akalan di atas –dan berhasil- kami memutuskan untuk kembali saja ke wantilan setelah Patra berhasil menerangi wantilan dengan lampu neonnya. (terimakasih banyak Patra.)



Malam baru saja beranjak, waktu masih jam 8. Masih ada 1 jam lagi untuk kami bermain, tentu kami masih menunggu Mbak Yuli yang hari itu juga konfirmasi untuk hadir dan kebetulan baru saja dia ngirim SMS sedang dalam perjalanan, baru turun di penelokan.

Kali ini Tom mengambil peran dan menampilkan penampilan terbaik kawan anak alam malam itu. Sebuah drama kecil tentang pelajaran bahwa kita tak boleh berbohong. Empat orang putri yang diperankan oleh Radha, Febri, Nia dan Widhi, sementara seorang pangeran dari Belandingan dengan pemeran Puspasena. Aha,.. pas. Kebetulan juga puspasena sudah terlatih untuk berakting, dan ia juga yang jadi talent anak belandingan saat shooting acara Homestay Trans 7 waktu lalu, drama malam itu sungguh penampilan yang cemerlang.



”Kok gerah ya,.... mandi yuuk......” salah satu putri mengajak puteri-puteri yang lain untuk mandi di danau.
"Yuuukkkkkkkkkkkk....." yang lain menjawab serempak.
Widhi, Radha, Nia dan Febri ternyata jago akting. Ditambah sutradara Tom, drama mereka menjadi sangat menarik.
Dan ketika putri-putri ini pulang mandi, ternyata salah satu dari mereka meninggalkan selendangnya di danau.
Begitulah seterusnya hingga akhirnya Puspasena 'beruntung' mendapatkan puteri yang salah ’yang mengakui selendang yang bukan miliknya’ putri yang ’overweight’ hehe....

(sekali lagi salut buat penampilan kalian.)

Dan setelah penampilan dari kawan-kawan, anak-anak juga tak mau kalah menampilkan dramanya. judulnya 'demo' mmmmm... (terlalu kreatif hehe...) mereka memerankan calon bupati dan wakil bupati yang sedang orasi di depan massanya. dak akhirnya yang kalah tak terima, lalu mendemo yang menang! (baru sadar mereka melek politik). dan sebagai hadiah, mereka semua masing-masing membawa pulang satu kantung beras 10 kg sumbangan dari teman bli Kodrat dari VW jakarta.



Dan tepat 15 menit sebelum jam 9, dengan suaraku yang benar-benar mau habis, rombongan mbak yuli datang dengan sumbangan pakaian bekas, buku, beberapa bungkus paket dari Telkomsel, dan sumbangan lain.

Kami bermain lagi 10 menit ini dengan sisa suaraku dan kelelahan kawan-kawan, hingga jam 9 lewat 5 menit kami harus pulang kembali ke basecamp anak alam di songan.

Fiuh, tiba di basecamp malam itu sungguh melegakan. Aku langsung menuju ke dapur dan meneguk secukup air yang aku mau. Nah ternyata kawan-kawan Kaskus kita pada tukang masak termasuk cowok-cowoknya. Di mobil mereka sudah tersedia gas, aqua gallon, sarden, mie, kornet, tentu banyak snack, juga kacang kulit.



Inilah camp yang bertabur makanan, ada juga wingko, dan terlalu banyak untuk aku tulis. Malam itu mbak yuli berinisiatif untuk masak bersama-sama kami di dapur. Sementara 2 orang cowok dari kaskus menjadi Chef-nya. Simsalabim….. indomie, sarden, kornet, dan semua makanan malam itu tersedia. Padahal aku juga punya sup kepala ikan. Mari kawan, kita berpesta!

Jumlah perserta camp yang ada malam ini cukup banyak. Masalahnya tentulah dimana kami semua akan tidur? Kamar yang biasa digunakan oleh peserta camp tentu sudah disi oleh Radha, Febri, Nia dan Widhi. Jadi kami terpaksa menggunakan bale bengong untuk tempat tidur kawan-kawan Kaskus, begitu juga teras bale bali, dan anak-anak alam yang ikut turun gunung tidur di gudang (rumah baca) yang ada tempat tidurnya.



Tinggal aku yang belum memiliki tempat untuk tidur malam itu. Dan sekali lagi ’it’s about leadership’ aku tidur di sebuah tikar di lantai rumah baca menemani anak-anak alam. Mereka sepertinya tengah bermimpi indah, sementara aku kedinginan karena semua selimut telah dipakai. Kali ini aku terpaksa menarik selimut anak-anak biar aku setidaknya bisa menyelimuti kakiku, karena aku telah mengenakan sweater hangat.

Malam ini kita tak jadi membuat api unggun di pinggir danau karena cuaca mulai tampak bergerimis, lagi pula kami cukup kelelahan. dan kami punya pilihan yang lebih baik, makan-makan dan bercerita bersama kawan-kawan di basecamp.

Malam hampir purna. waktunya tidur.
Selamat tidur. Nite! Sepagi mentari, kita bangun, mendekap hangat mentari, trekking!


bersambung...
5:02 AM

Green Camp III 'Green camp di sebuah tempat terindah di bumi' (Day 1)




dan kami tahu anda bosan dijejali rasa yang sama...
SID

Day 1 (pagi-sore)


Hari ini aku harus mengakui bahwa Green Camp telah menjadi salah satu kegiatan favorit kami. Sebuah kegiatan yang membuat kami semua bisa bermain, belajar, bernyanyi bersama-sama berada di alam di sebuah ‘tempat yang tak tercatat dalam peta’ desa Belandingan, di atas kaldera danau batur. Barangkali hanya saat Green Camp, Berbagi dan Menginspirasi, dan Rumah Baca Anak Alam lah kegiatan kami yang memungkinkan kita untuk berada disini bersama-sama lebih lama. Dan hanya Green Camp yang memungkinkan kita untuk menjelajah alam indah ini seperti hari ini.

Sejenak menengok lagi ke belakang, setiap camp telah memberikan pengalaman dan kesan yang berbeda-beda kepada kami. Saat Camp I bersama geng lebay piranha, kawan-kawan anak alam yang solid dan ‘passionate’ dengan banyak permainan yang kita lakukan bersama anak-anak yang sangat mereka sukai. Dan dalam Camp ini pula kita berkesempatan membuat api unggun di pinggir danau hingga pagi dan berkeliling danau batur sisi utara dengan jukung.

Kemudian Camp II dimana genggonk yang kali itu ikut berbagi selama dua hari dan sekaligus memberikan banyak sumbangan tas, peta dunia, paket alat tulis dan tentu pelajaran tentang kesehatan untuk anak-anak di SDN Belandingan. Dan kebetulan pohon lengkeng di basecamp sedang berbuah jadi kita bisa berpesta legkeng hingga mabuk. :) Dengan ’passion’ yang juga tak diragukan lagi.

Dan kini ini Green Camp III, ada sesuatu yang berbeda?

Sabtu pagi ini semua kawan-kawan yang ikut Camp sumringah, khususnya bagi Nia, Widhi, Febri dan tentu Radha dan Tom, karena ini adalah pengalaman Camp mereka yang pertama kali dan tentu juga kunjungan mereka untuk bertemu anak-anak yang pertama kali juga. Sementara beberapa kawan yang lain yang telah mengkonfirmasi keikut sertaan mereka sebelumnya akhirnya berhalangan karena alasan tak diizinkan oleh pacar. Gpp, seperti biasa. Semesta telah mendesain semuanya.

Aku harus berucap syukur yang kesekian puluh atau bahkan ratus kali kepada IA (kau sebut apapaun ia yang menciptaku dan bumi ini.) Karena hingga kini semua kegiatan kami terbebas dari hujan dan begitu juga pagi ini. Sebelumnya waktu pramugari garuda itu ‘terbang’ dengan pick up kami padahal di Denpasar mendung, tapi sehari perjalanan kami bebas hujan. Dan pagi ini cuaca di denpasar dan bilangan Renon cerah!

Kebetulan hanya Nia dan Radha sebelumnya telah ikut beberapa kegiatan Anak Alam terkahir bertemu dengan anak-anak alam tunon Singakerta Ubud, tapi kali ini, ini adalah anak-anak alam ‘betulan’ mereka yang minum air hujan. Mereka yang ke sekolah pakai sandal jepit. Mereka yang tak punya tas. Mereka yang tak pernah mandi. Anak-anak alam desa Belandingan.

Tepat jam 9 pagi, Febri, Nia dan ada juga Eka Dewi -yang kali ini tak berkesempatan hadir namun menyempatkan diri bersua dengan kawan-kawan dan membawa sumbangan pakaian bekas dalam tas kresek untuk dikirimkan ke Belandingan-, telah berkumpul di Warung Be Pasih. Sementara aku datang sedikit terlambat karena disibukkan oleh urusan per-burung-an di pasar burung satria, membeli burung tekukur untuk nanti kita lepas di pinggir danau batur bersama-sama. Kemudian selang 15 menit tampak Mbak Dewi Utari datang mengunjungi kami (n.b. ia sendiri adalah pemilik Warung Be Pasih hehe...) Hingga dekat jam 10:00 tinggal Rani yang belum hadir karena masih ada urusan tiket untuk kembali ke Jakarta keesokan harinya.

Kita memutuskan untuk berangkat duluan, sementara semua barang-barang kita tinggal untuk diangkut oleh mobil Rani. Dengan konvoi sepeda motor – catat: sepeda motor / bukan mobil – kali ini kita memilih untuk melewati jalan payangan saja. Dalam kegiatan sosial seperti ini kita tetap kerja tanpa mobil dinas, kan? Kami bukan anak mami.

Nah, barangkali karena Nia memiliki bobot badan ’overweight’ hehe... (tapi manis kok Nia cup..cup..cup...) dan ditambah Widhi yang boncengan bersamanya memiliki tambahan berat ’banyak dosa’ motor mereka kempes di daerah Singakerta. Namun barangkali karena kita akan berangkat untuk kerja sosial, maka ujiannya diringankan, motornya Nia kempes persis di depan tukang tambal ban. Dan kebetulan juga di sebelah bengkel itu ada warung nasi. Maka kesempatan ini aku gunakan untuk beli nasi saja, sarapan pagi.

Segera setelah semua motor siap dan perutku juga terisi kami melanjutkan perjalanan hingga jam 12 kita sampai di Basecamp anak alam. Tentu ada yang tak boleh dilewatkan sebelum tiba di basecamp, setidaknya 1 kali photo session di salah satu spot favoritku. Dan inilah aksi ’terbang’ mereka. Klik!



Tiba terlambat di basecamp, mengurangi waktu kami untuk berleha-leha. Hanya sempat meneguk teh botol Sosro dan kue-kue kecil, dan segera berbagi kamar di basecamp, kami bergegas melanjutkan perjalanan kami menuju belandingan.

Persis di jalanan tanjakan pertama meunuju bubung pegat, HP-ku berdering. Ternyata Bli Kodrat Bunute menelepon dan menyampaikan bahwa ia telah sampai di belandingan dan tentu ia was-was karena melihat di wantilan tak ada kami, ”De, kamu dimana? barangkali saja saya salah jadwal?” pikirnya. Dan aku beritahu bahwa kami akan segera sampai tak lebih dari 5 menit, ia kembali tenang dan semangatnya kembali bulat untuk membagikan 100 pax makanan nasi kotak yang di dalamnya telah berisi chicken nugget, makanan termewah bagi anak-anak alamku. Tentu juga Aqua gelas, lupakan air hujan hari ini, Nak!

Dan inilah teman, inilah yang kami tunggu-tunggu, tikungan terakhir di balik rerimbun bambu dekat wantilan. Adrenalinku naik. Aku segera berdiri dan mengepalkan tangan sambil mengendarai sepeda motorku, sementara febri yang aku bonceng pasrah aja. Ketika motor kami lewat di jalan sebelah wantilan, mereka semua berteriak lantang! ’Hiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!’ Dan aku membalasnya sambil mengepalkan tangan dengan teriakan kencang ’yeaaaaaaa................! haloooo........!” fiuh... you rock kids!

(Inilah bahan bakar rahasiaku selama ini, teriakan anak-anak ini. Ia telah menjadi doping selain latar alam yang cantik yang mengelilingin belandingan.)

Aku segera menghampiri Bli Kodrat dan bersalaman dengannya, dan juga kawan-kawannya yang lain, dan aku memperkenalkan kawan-kawan anak alam yang ikut serta hari itu: Nia, Radha, Febri, Widhi, Tom. Dan bergegas aku menyuruh anak-anak untuk membantu Bli Kodrat menurunkan nasi kotaknya, beserta sumbangan dari teman-temannya dari komunitas VW Jakarta yang ikut serta hari itu, menyumbangkan beras, mie, pakaian bekas dan alat-alat tulis. Anak-anak berlarian menuju ketiga mobil aneh yang parkir di depan wantilan siang itu.

Setelah sebelumnya kita kedatangan ’si kodok’ yang disopiri oleh 2 orang cewek cakep dari semarang waktu 14 Februari ulang tahun Anak Alam, kini kita kedatangan saudara kandungnya yaitu VW SAFARI dan 2 COMBI. Anak-anak tak terlalu antusias dengan mobil aneh ini, tapi tidak bagi aku. Mobil SAFARI warna jingga itu adalah mobil impianku. :)

Seperti biasa, kami mulai ’bakar’ semangat semua orang yang hadir di wantilan siang itu dengan lagu wajib kami: Anak Alam ’... duhai kawan semua anak alam desa belandingan, mari kita sama-sama bernyanyi sambil bergoyang, agar hidup senang, gembira, bahagia....’ ketika tiba pada bait ’o anak alam janganlah kita malas, malas itu tak ada gunanya, mendingan kita rajin belajar!’ mereka berteriak semakin kencang.

Semangat mereka sama sejak dulu hingga kini, walau terkadang ada juga waktunya turun dan aku harus memutar otak untuk menaikkannya lagi.

Tak lama berselang Rani datang bersama Gusde, Gustu, dan 2 orang kawannya tentu satu kardus besar dan beberapa kardus lain sumbangan dari kawan-kawan kerjanya di Energy Consulting Indonesia jakarta yang ia bawa dengan pesawat. (Aku harus memberi penghargaan setinggi-tingginya atas semua semangatnya hingga harus menerbangkan baju bekas ini ke Bali, sementara sebagian besar kawan-kawan kita di Bali banyak yang hanya menjadi penonton saja walaupun mereka saban bulan bisa beli baju seharga ratusan ribu. Cih... )

Pembagian makanan siang itu berjalan tertib. Seperti biasa anak-anak alam telah terlatih tertib sejak awal. Namun ada yang tampak ganjil ketika mereka selesai makan dan membuang bungkus nasi itu bertumpukan, tampak sosis dan chicken nugget itu mereka tak makan dan mereka buang. Aku berpikir sejenak, apa yang aneh dengan makanan ini? Ternyata mereka lebih merasa bahagia mendapatkan nasi daripada chicken nugget. Perkiraanku di awal meleset. (oke, ini akan jadi koreksi kami. Hehe..)

Setelah kenyang, kita bermain dan bernyanyi lagi. Namun, berhubung Rani dan Bli Kodrat dan kawan-kawannya tak bisa ikut menginap dan hanya memiliki waktu hari itu saja bersama kami, maka sore itu kami melepas mereka kembali ke Denpasar dan Ubud bersama-sama. Dengan sebelumnya kita membagikan bantuan mereka bersama-sama di depan wantilan, sementara bantuan pakaian beas layak pakai masih harus kami sortir kembali.

Rani menyempatkan diri memberi pesan kepada anak-ana itu sebelum kembali pulang untuk rajin belajar dan salam perpisahan sekaligus keinginan untuk bertemu segera di kemudian hari. Dan ia beserta robongan segera menghidupkan mobil avanza hitamnya dibalas lambaian tangan anak-anak alam.

”Semangat belajar ya,....” bli kodrat menyusul mengacungkan tangan dari VW safari jingganya, sembari berlalu dengan pelan meninggalkan wantilan yang dibalas salam oleh semua anak-anak alam. (Aku sangat suka dengan foto yang kita ambil saat ia dan anak-anak saling mengepalkan tangan. Sebuah footage berharga kami.)



Hari sudah menuju jam 3 sore, khusus untuk Camp III kali ini kami memang tambahkan beberapa kegiatan baru satu diantaranya adalah melihat ladang anak-anak di balik bukit. Aku memilih bubung Batu Barak, ladang milik Made ratih untuk dikunjungi. Ada alasan khusus aku mengunjungi ladang Made Ratih, karena jalan melintasi ladang itu telah membuatku takjub beberapa kali sebelumnya.


Semua kawan-kawan peserta camp berbaur dan merasakan semangat dan kegembiraan anak-anak. Keseharian anak-anak. Alam indah milik anak-anak itu (note: 100% NOT FOR SALE! Dan jangan pernah mimpi loe f*cking st*pid investor untuk membeli alam ini, menanam beton, mencerabut pohon cemara ini. TIDAKKAH KAU MERASA CUKUP MEMAGARI PANTAI DREMLAND, SEMAWANG, TANAH LOT, BUYAN, SANUR, dll.!?)

Di puncak bubung aku bersua dengan seorang anak kecil yang baru kali ini aku temui yang belakangan aku berkenalan dengannya, ia adalah Kari Samiasih anak kelas 6 SD 1 Songan, beserta kakk, adik, ayah dan ibunya menenteng keranjang rumput bersiap untuk menyabit rumput di sekeliling bubung. Aku mendekati mereka dan menyempatkan diri untuk bertanya tentang sekolah anak yang aku kira- laki-laki ini yang ternyata perempuan tulen.


Ia kini telah tamat SD dan tak diizinkan melanjutkan sekolah ke SMP oleh ayahnya karena harus membantu ayahnya untuk menyabit. Dengan banyak sekali usaha, tentunya akan aku carikan beasiswa dari Program Beasiswa Anak Alam ayahnya luluh dan bahkan berbalik bersemangat. Ya, faktor ekonomi keluarga telah menjadi pengendala terbesar bagi 3000 anak-anak alam kami untuk melanjutkan sekolahnya selama ini. Dimana mereka diharuskan membantu orang tuanya untuk menyabit, menyangkul atau menjadi buruh tani membersihkan gulma di ladang bawang di perkebunan milik warga desa Songan di pinggir danau.

Jam 5 sore kami memutuskan untuk pulang, walau kami belum sempat sampai hingga ke ladang Made ratih yang harus menuruni balik bukit lagi, karena kawan-kawan kita ingin mandi air hangat alami di Toya Bungkah sore ini. lagi pula dari puncak bubung ini mereka sudah tahu keadaan ladang-ladang, anak-anak, dan setidaknya memiliki gambaran kehidupan mereka sehari-hari.

“Nak, sampai bertemu nanti malam!” kami ber enam melambaikan tangan dan kembali ke basecamp dengan 3 sepeda motor kami. Kawan-kawan menyimpan sesungging senyum dan wajah lelah namun cerah.

bersambung…
7:30 AM

GREEN CAMP 'di sebuah tempat terindah di bumi' (prolog)




"aku ingin terbang, aku ingin berlari."
wayan kerani anak alam

Pada suatu hari di bubung pegat aku melihat seorang anak kecil yang sedang menyabit rumput, aku menghentikan langkahku, menghamparinya dan menyapanya. Lima tahun berlalu, suatu pagi aku bertemu kembali dengan anak itu yang sedang berjalan menuruni jalanan bukit untuk menuju ke sekolahnya. Saat itu ia telah masuk Sekolah Dasar. Aku sempatkan bertanya “Dik, cita-citamu apa?” dan ia menjawab sumringah “Mau menjadi tukang mencabit [menyabit] kak!” ”....mmmm... oke...” gumamku dalam hati. 20 tahun berselang aku bertemu lagi dengan anak itu dan kini ia telah dewasa. Ia masih mengenaliku, “Kak Putu, anak alam? Apa kabar kak....?” Dan aku bahagia ia masih mengingatku dan tentu lebih bangga kini ia telah memiliki peternakan sapi dan memelihara lebih dari 1000 ekor sapi di ladangnya di atas bukit bersama warga desa! Dan darinya pula aku medapatkan kabar bahwa teman-temannya yang lain telah ada yang menjadi dokter, perawat, dan seorang teman dekatnya Wayan Kerani ia kini telah menjadi pengusaha telur ayam kampung. Aku masih ingat cita-cita mereka dulu saat aku tanyakan mereka kala itu di wantilan. Tentu aku juga masih ingat saat sama-sama kita manjat pohon nangka di sebuah kebun milik seorang anak dalam hujan, lalu berpesta di pos milik kelompok tani Sari Karya sembari membuat api unggun dari ranting kayu cemara.

*

Di halaman wantilan, dalam lingkaran penuh anak-anak ini merangkaikan tangan dan membiarkan kami berada di tengah, (tentu mereka tak sedang menonton sabungan orang) mereka dengan seksama mendengarkan setiap kata yang kami ucapkan, setiap pesan yang diantaranya kami selipkan, setiap percik api yang kami pantik untuk membakar semangat mereka, anak-anak alam.

Aku teringat kembali kala malam tahun baru lalu, dengan pijaran ratusan kembang api yang menerangi langit malam belandingan, aku membacakan sebuah puisi Rabindranath Tagore yang aku rubah di sana-sini agar puisi itu lebih gampang dicerna pesannnya oleh anak-anak, sebuah puisi tentang mimpi dan seorang teman. Tentang harapan dari atas bukit. Tentang kemungkinan apa saja yang bisa terwujud.

Dan malam ini kesempatan itu terulang untuk yang kedua kali. Kutipan cerita di atas, ’seorang anak kecil yang kini telah memiliki peternakan sapi dengan 1000 sapinya’, sekali lagi merupakan rekaan hasil dari sebuah spontanitas, saat aku harus kembali membuat akal-akalan, memanasi malam dingin itu dengan cerita heroik sederhana yang pemerannya adalah mereka-mereka juga, dan keluarlah cerita ’Bermimpi’ tersebut. (Ada pelajaran berharga kita bisa petik bahwa selain pekerja seni dan dalam industri kreatif, bahkan bagi seorang pekerja sosial dan kemanusiaan pun juga harus memiliki kreatifitas yang tinggi. Kreatif adalah salah satu bibit yang harus terus kami tumbuhkan.)

”Dik, jadi apapun mimpi kalian, bahkan jika itu hanya ingin menyabit, berpimpilah! Tak salah!”
”Dan 20 tahun lagi saat kak Putu bertemu kalian dan saat itu kalian telah menjadi orang sukses tentu kak Putu akan bangga, tentu juga kalian kan?.
”Dan saat itu kalian boleh melupakan kak Putu dan kakak-kakak yang lain yang pernah datang bertemu kalian. Namun satu hal yang tak boleh ’dan sangat tabu’ untuk kalian lupakan, kalian harus terus membantu adik-adik kalian yang lain. Seperti kami mengorbankan banyak hal buat kalian.”
”Itu tugas kalian!”
”Kalian dengar!”
”Karena kak Putu dan kakak-kakak yang lain juga harus membantu teman-teman kalian di kampung yang lain.”
Mereka terdiam membatu mendengarkan pesanku masih dalam posisi merangkai tangan, dalam dingin, di bawah naungan kubah langit yang diselimuti ribuan gemintang di ketinggian desa Belandingan, sebuah desa 'yang tak tercatat dalam peta.' Sementara aku berkeliling di dalam lingkaran.

”Jadi tugas kalian adalah harus berani apa......??????”
”BERMIMPI!” mereka semua menjawab dengan serempak dan kencang.

(oke, malam ini sudah mulai panas dan aku senang!)



bersambung...

foto lebih banyak

3:03 AM

it's all about PASSION. trust your dream!


"...Saya punya impian memberikan adik-adik SD di kampung sekedar buku bacaan kecil-kecilan. sayangnya saya bukan org kaya, namun keinginan saya kuat. Dan sekarang saya masih mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk itu." -dikutip dari pesan Kiud di wall 1 buku untuk 1000 mimpi.


Aku mendapatkan pelajaran berharga hari ini, dari seorang perempuan muda dari Tabanan yang menamai dirinya Kiud. (nama yang aneh... :) )

yang membuat aku ingin tahu lebih dekat dan bercakap-cakap, 'menyelam' dalam diri anak muda ini lebih dalam adalah sebuah pengakuan jujur akan mimpinya untuk memberi buku kepada adik-adiknya di Tabanan. Dan sekali lagi ia dengan jujur mengakui, 'tak kaya', "mudah-mudahan bulan desember nanti mimpi saya ini terwujud."

dan malam ini aku sempat melakukan pembicaraan via telepon dengannya, dan tentu salah satu pertanyaan yang ingin aku tanyakan kepadanya adalah, kenapa 'Desember'?. Ada apa dengan 'Desember'?

Ternyata desember ia ulang tahun dan ingin mendapatkan hadiah spesial, yaitu mimpinya itu bisa ia wujudkan.

Malam ini ia sedang menuliskan ceritanya untukku. tentu aku nggak akan mencari tahu banyak hal hanya lewat telepon, dan tentu juga aku suka melatih semua kawan-kawan kita untuk rajin menulis (selain membaca), maka ia aku beri PR malam ini untuk menuliskannya saja.

tak perlu lipstik, jabatan, atribut, pakaian batik, pakaian dinas, jas, mikrofon, lencana, dan semua atribut lain hanya untuk berani bermimpi. dan untuk Kiud, "sadarkah kamu, apa yang kau mimpikan itulah kamu. dan semesta akan bahu-membahu kamu untuk mewujudkan mimpi-mimpimu karena dalam mimpimu itu juga semesta akan meninggalkan jejak-jejaknya?"

"dan tahukah kamu juga, bahwa belum tentu orang lain semuda kamu memiliki MIMPI?" jangan pernah takut! Indonesia (dan tentu aku dan kami) pasti bangga memiliki anak muda seperti kamu.

salam anak indonesia,

Pande
dps
mlm ini

...minyak ini ada untuk menyalakan lentera jiwa kalian!
3:00 AM

Sebuah Hari, Sebuah Awal dari Perjalananku Menaklukkan diri sendiri...




*note ini ditulis oleh: Radha Rani, salah satu dari 3 project leader Sumbangan Pakaian bekas layak pakai, tas, sepatu, boneka, mainan anak-anak, dll Komunitas Anak Alam, yang ikut serta dalam pembagian buku pagi itu.

Tak tidur semalaman, membuat diriku berhasrat untuk membalasnya dengan tidur seharian di atas bed yang empuk, namun perasaan mengantuk sirna begitu saja ketika ponsel ku mengeluarkan suaranya. dan suara orang diseberang mengisyaratkan ku untuk siap-siap berangkat.

Jalan ini sudah tak asing bagiku, ini adalah daerah jajahan ku ketika aku akan menuju istanaku, tempat kelahiran ku. Sebelum ke tempat tujuan, aku dan teman ku harus menemui seseorang yang telah dan akan memperkenalkan kami dengan tempat tersebut ”Bli Putu”.

Kenangan masa lalu hinggap di benak ku dan teman ku akan daerah yang akan kami tuju. Puskesmas II Sukawati dengan wajahnya yang baru, warung Kak Okoh yang selalu kami tongkrongi selama 2 minggu tampak tak berbeda, begitu juga dengan tempat kami selalu me-laundry pakainan, dan teringat kembali akan tempat tinggal kami saat kami melakukan Praktik Kerja Lapangan Di Desa Singapadu Kaler.

Melewati kenangan masa lalu, kami mulai masuk ke dalam sebuah gang kecil dan dari gang kecil tersebut kami berbelok dan melewati jalan yang membelah tegal dan membawa ku ke tempat tujuan kami,

WOW.... tempat yang tak terduga, di tempat yang dikelilingi banyak pohon dan semak belukar, berdiri sebuah sekolah yang bernama”Puri Damai” yang belokasi di Banjar Tunon, Singakerta Ubud. Teriakan anak-anak yang sedang bermain menyambut kedatangan kami disana. Bli Putu memperkenalkan kami dengan pengelola sekolah tersebut dan memperlihatkan kami tempat dimana ”Bu Dayu” seorang ahli tanaman herbal menyimpan semua tanaman herbalnya yang sudah kering dan katanya tanaman tersebut dapat mengatasi penyakit-penyakit tertentu.

Teriakan ibu guru, membuat anak-anak yang mengikuti PAUD segera meninggalkan permainannya dan duduk dengan rapi untuk sekedar menyapa kami bertiga. Perkenalan pun dimulai. Yah......perkenalan ala anak PAUD, dengan gaya malu-malu mereka memperkenalkan diri mulai dari nama, tempat tinggal cita-cita, hobi, bahkan tempat mandi favorit mereka yaitu di ”teba” (sungai kecil di belakang rumah).

Setelah saling mengenal satu sama lain, mulailah pembagian buku kami lakukan. Bayangkan wajah-wajah mereka saat menerima buku-buku yang kami berikan yang merupakan sumbangan dari kawan-kawan anak alam dimanapun mereka berada. Rasa senang, penasaran tampak dari wajah mereka setelah menerima buku yang kami berikan. Gambar-gambar yang ada di dalam buku tersebut, yang memang jarang mereka lihat membuat mereka terkesima dan mulai bercerita tentang gambar yang ada dalam buku, walaupun tak sesuai dengan jalanm cerita yang sebenarnya. Waktu pun tak terasa berlalu, saatnya anak-anak tersebut untuk pulang dan terlihat para penjemput peri-peri kecil itu sudah menunggu di halaman sekolah.

Perjumpaan kami ditutup dengan lagu-lagu mereka. Tak terasa tempat yang tadinya penuh dengan anak-anak kini hanya tinggal beberapa saja yang memang rumah mereka ada disekitar sekolah. Kami sempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan pengelola PAUD tentang rencana kedepan kami untuk mencoba mengunjungi kembali sekolah ini dan berbagi dengan anak-anak yang lebih banyak lagi.

Teh bunga ”Rosela” yang sangat nikmat membasahi tenggorakan kami dan nikmatnya teh tersebut dapat kami nikmati dirumah karena kami dibekali masing-masing satu bungkus bunga rosela kering. Waktu tak mau menghentikan langkahnya, membuat kami harus beranjak dari tempat tersebut.

Pertemuan yang singkat itu merupakan pengalaman baru bagiku dan merupakan sebuah awal dari perjalanan ku selanjutnya, dan menimbulkan rencana-rencana baru yang sudah memenuhi pikiran kami untuk melakukan kegiatan yang serupa dan bahkan lebih daripada ini.

Akhirnya kami meninggalkan sekolah PAUD ”Puri Damai” menuju kediaman kami masing-masing. Menyempatkan diri kami untuk bernostalgia dengan Desa Singapadu Kaler dengan makan es kolak di warung Kak Okoh, tempat kami nongkrong semasa PKL.

ini baru awal.....


cinta,
Pande
Komunitas Anak Alam
jagalah bumimu, cintai anak-anakmu.

silahkan menambah tabungan bUKU kami...
1 Buku untuk 1000 Mimpi
2:58 AM

Aku Tinggalkan Cintaku di Tunon

4/5/10
07.45 wita

Fyuh..akhirnya sampai juga aku diparkiran asrama hari ini, setelah perjuangan melelahkan ku tadi malam melayani wanita-wanita tak berdaya di Rumah Sakit. Aku menuju kamar setengah berlari sambil menelpon Radha mengingatkan dia pada janjinya hari ini dengan ku. Jarum jam di tangan ku sudah mendekati pukul 8.00..huaks..aku tidak mau telat hari ini.

Kemarin Bli Pande sudah memastikan pada ku, 65 buku (kiriman cinta..he…) teman-teman ke project 1 buku untuk 1000 mimpi, akan kami kirimkan ke Banjar Tunon, hari ini. Untungnya aku sudah mempersiapkan yang harus aku bawa hari ini. Aku mandi alakadarnya (setelah dimarah sama teman-teman sekamarku karena berniat tidak mandi..hehe..) lalu mengangkut semua yang ada di tas ku. Untungnya lagi si “Jupe” motor bapakku (he..) ngga rewel hari ini, walau pagi ini belum sempat ku panaskan, langsung ku paksa menggangkut beban badan ku (maaf y jupe :D) ditambah badan Radha ngebut (ala NIA) ke tempat Bli Pande.

Setelah menunggu Bli Pande mandi (untungnya mandinya cepet…cepeeet banget…hihi..) perjalanan di mulai. Menyusuri Denpasar-Gianyar yang agak lengang hari ini (ini hari apa y??). jalan yang kita lewati ini sebenarnya sering aku lewati setahun yang lalu, waktu kampusku menugaskan ku melakukan PKL di Singapadu. Kenapa aku baru ingat sekarang ya?? Aku sama Radha jadinya ngegosip ga jelas mengingat kenang-kenangan kita setahun yang lalu di Desa itu sepanjang jalan.

Melewati banjar Samu, Singapadu (daerah kekuasaan ku setahun lalu..hihi..) kita belok ke kanan menuju Banjar Tunon. Hhmmm….aroma pedesaan mulai terasa. Kemarin waktu dikabari kita akan mendistribusikan buku ke Ubud, aku berpikir daerah Ubud itu isinya tempat wisata semua. Villa mewah, restaurant dan art shop di sepanjang jalan. Ups…tidak seperti yang aku lihat hari ini. Aku lebih tercengang lagi saat motor Bli Pande di depan ku membelok ke arah jalan tanah yang kecil, agak basah dan licin bekas hujan. Disekitar jalan hanya ada rerimbunan pohon. Oh no… aku sedikit tidak percaya yang di depan ku ini beneran Bli Pande, jangan-jangan aku mengikuti seorang penjahat yang ingin berniat jahat pada ku dan Radha….hehehehe…. Tapi keraguan ku hilang saat kita sudah sampai di sebuah rumah yang banyak anak-anaknya.

Seperti cerita Bli Pande pada ku, Ini rumah ibu Dayu. Beliau mendirikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Lingkungan Puri Damai di rumahnya. Rumah ini sangat menyatu dengan alam. Kemanapun arah mata memandang kita bisa melihat pohon. Kedatangan kami disambut oleh anak-anak, para guru dan Eci anak bu Dayu. Sayangnya bu Dayu sedang tidak ada karena bekerja.

Syukurlah kami tidak terlambat karena anak-anak belum pulang. Bener kata Bli Pande “Adrenalin ku meningkat saat melihat anak-anak” itu juga yang aku rasakan. Mereka membuatku grogi melebihi saat aku mengahadapi dosen-dosen ku. Saat Bli Pande menyuruhku mengenalkan diri, fuh… aku mengingat-ingat cara guru TK ku dulu mengajariku…hmm..hm…dam!!(
tidak ingat!!!!). yup..alahasil.. Berkomunikasi dengan anak kecil rumit juga. Kayaknya mereka agak bingung mendengar perkenalan ku. Untungnya ada Bli Pande yang mengajari ku..he…setelah perkenalan ku (yang cukup melelahkan) gilran aku yang mendengar perkenalan dari kawan-kawan kecil ku ini. Gaya malu-malu mereka membuatku gregetan (kalau saja ga ada bu guru dan orang tua mereka disana, bisa aku culik satu anak itu saking ngegemesinnya..hehehehe)

Selanjutnya kami memberikan buku-buku (kiriman cinta) dari kawan-kawan anak alam pada mereka satu per satu. Ada satu anak yang menarik perhatianku. Dia tidak ikut perkenalan tadi. Saat aku dekati dia bersembunyi ketakutan di belakang ibunya. Namanya Dika. Ibunya bercerita pada ku, bahwa anak ini mengalami trauma pada setiap orang asing yang datang mengunjungi sekolah mereka. Karena dulu pernah ada seorang bule datang berkunjung ke tempat itu memakai kostum monyet. Tukan…Bli Pande si bilang “kita semua adalah monyet”..jadi Dika takut..hehehe… Aku mengingat lagi cara guru TK ku merayuku dulu..hmm…aku kerahkan semua rayuan pada Dika..hingga dia mau menerima buku dan mendengar sedikit cerita ku tentang buku itu. Yes….!!! Hahaha… aku bisa..walau wajah Dika agak sedikit terpaksa..hehe… (maaf ya sayang,,,:D)

Wajah anak-anak ini begitu berseri-seri saat melihat-lihat isi buku. Walaupun sepertinya tidak semua mereka mengerti isinya. Seperti anggukan seorang anak bernama Pink saat aku bertanya setelah membacakan sedikit cerita Peri Salju kepadanya “Pink mau jadi Peri Salju??”. Anggukan yang tulus…
Selamat bermimpi dik…



Kakak akan datang lagi membawa mimpi-mimpi yang baru pada kalian….

Kawan,…1 buku yang kalian kirimkan telah menjadi mimpi untuk anak-anak ini….

Kami harap kedatangan kami pada mereka juga akan menjadi mimpi mereka malam ini…

Hhhhh…aroma-aroma cinta telah ku sebarkan hari ini….

love,
Nia
project leader 1 Buku untuk 1000 Mimpi Komunitas Anak Alam