7:27 AM

ELING PROJECT : bumi, manusia dan kedamaian



ELING PROJECT : bumi, manusia dan kedamaian


Nanang yang senang merawat padi dan merawat ibu bumi denan kesabaran tingkat dewa. Mek Made setia membawakan nasi saat jeda siang yang romantis. Kera-kera yang berelantung tanpa terusik di pohon-pohon pala yang tumbuh tinggi. Burung bebas bersarang tanpa risau perihal izin. Air mengalir bersenandung membentur dan menepuk bebatuan sungai yang mimpi menyatu laut. Kupu-kupu yang dulunya ulat menjijikkan, mengajari kita warna-warni yang indah beterbangan di atas bunga liar. Dan ketika malam tiba, kekunang berpesta cahaya di bawah langit berjubah ribuan gemintang. Bali yang bikin senang dan tenang.  Sebuah mimpi tentang kenangan masa lalu pulau nenek moyang yang luhur, lugu, bersahaja tapi tak dungu, yang kini tak dapat aku beli uang dollar dan diganti oleh struktur bangunan bertulang. Barangkali yang kini hanya sebuah mimpi usang, anak-anak muda yang kehilangan banyak sekali kesempatan menenali ‘ibu’ mereka lebih dekat, Ibu Bumi – kecuali pada hari raya nyepi sehari.
Kerinduan yang terus menggelayuti fikiran kami. Kata orang bijak, rindu adalah dimana hati manusia sedang mendapatkan pencerahan. (konon).
Sebuah kolabor-aksi yang kami bingkai dengan tajuk ELING PROJECT yang teman-teman nikmati malam ini, sebenarnya sebuah turunan dari program ‘Satu Hari Tanpa Alas Kaki’ telah dimulai oleh Komunitas Anak Alam tahun lalu sembari merayakan 12.12.12 angka yang sebenarnya biasa saja, namun bisa jadi sebuah alasan momen cantik kami untuk menutup kegiatan sepanjang tahun yang sangat melelahkan, namun mencatatkan banyak kenangan (dan berharap sebaris sejarah kelak), mengunjungi desa dan manusia-manusia biasa yang melakoni kehidupan luar biasa didalamnya. Tempat kami berbagi sedikit pengetahuan dan buah tangan, dan juga tempat kami belajar banyak kehidupan.
Ketika pada akhirnya aksi ‘nyeker’ tahunan kali ini membawa kami ke Sangeh, tempat acara yang sebenarnya tak ada dalam list kami tahun ini – walau tampak seperti kebetulan, namun biarlah waktu selalu memiliki alasan ketika melakukan tugasnya, mempertemukan kami pada akhirnya dengan Gusti Buda, Emoni, Sorry For Yesterday, IW Subiartana, teman-teman Djamur+Saio, Bayu Cuaca, dan kawan2 lainnya yan pada akhirnya this is it, ‘Satu Hari Tanpa Alas Kaki 2013’ malam ini di sini. Seperti biasa dengan cara sederhana, akustik, dan nyeker tentunya. Tiket kali ini donasi bebas, bukan lagi alas kaki yang disumbangkan kepada anak-anak SD pelosok seperti tahun lalu.
Saya sengaja membatasi tulisan ini seukuran selembar A4, agar bisa di-print dan dibaca kawan-kawan pada saat duduk di meja The Jatis Warung, saat nanti pulang menjelang tidur di rumah, atau mungkin sekedar sebuah kenan-kenangan dari sebuah event biasa yang ditujukan untuk siapa saja ini.
(Ngiring mangkin Eling, pang ten benjang Ngeling! Nyaga gumi melah, setonden bin mani telah.)
Sangeh, 7 Desember 2013
Pande Putu Setiawan

0 comments:

Post a Comment