7:57 PM

Menabur benih senyum di pinggir Ubud Pagi Ini




sing: " diantara gemerlap kehidupan kota, Udin kecil tenggelam bersama impiannya...."
_SLANK


Bali ubud. Bukan hanya bebek bengil, bukan hanya Bu Oka, bukan hanya Puri Ubud, bukan hanya Jl Monkey Forest. aku senang ia masih punya ibu Dayu Rusmarini br. Tunon Singakerta. Setidaknya masih ada ruang rimbun dan damai yang empunya adalah seorang wanita khas bali lampau yang tak lepas dari senyum.

Apakah ia (wanita bali masa kini) tergerus waktu, entahlah? sepertinya tidak! mudah-mudahan kali ini aku benar.

Pagi ini, aku terlambat bangun lagi. Maklum semalam harus menuntaskan blog komunitas anak alam yang telah aku persiapkan begitu lama dan akan jadi hadiah barangkali rekam jejak-jejak sejarah kita di kemudian hari. Aku selalu tidur telat beberapa minggu ini, kegiatan anak alam telah menumpuk, dan setelah Camp nanti aku mau kembali hidup normal. :)

Melakukan perjalanan ke rumah Bu Dayu pagi ini, kembali merupakan perjalanan merindu. Maklum aku hanya mampir ke rumah ibu dayu -yang telah seperti kakakku sendiri ini- hanya saat-saat membawakan ia ikan mujair goreng dengan sambal pedas ala Seked-Kedisan kesukaannya ketika aku balik ke denpasar dari belandingan untuk bertemu dengan anak-anak alamku.

Perjalanan pagi ini ke rumahnya tentu bukan untuk membawakan ikan mujair lagi namum BUKU. ya, BUKU, sesuatu yang lebih besar dari ikan mujair itu (setidaknya bagiku). Semenjak Bu Dayu merencanakan mendirikan PAUD diantara rerimbun tanaman obat di pekarangan rumahnya seluas 1 hektar ini, aku telah diajak bertukar pikiran dan sejak itu aku memimpikan untuk memberikan kontribusi untuk anak-anak brilian br. Tunon asuhan Bu Dayu.

Dan hari ini, akhirnya, mimpiku dan ditambah mimpi kawan-kawan kami yang lain terwujud. Bersama dengan Nia project leader 1 Buku untuk 1000 Mimpi dan Radha project leader Pakaian Bekas, Tas, Sepatu umtuk Anak Alam kami berangkat dengan motor, melintasi jalanan lengang Batubulan menuju Ubud, karena kebetulan 4 Mei ini pas pilkada daerah sehingga sebagian besar orang-orang Denpasar sedang nyoblos, membiarkan jalanan agak sepi. (jika saja setiap hari bisa sedamai ini di jalanan... hm.... lupakan.)

*
Kami berangkat jam 9, agak telat, dimana seharusnya kami berangkat jan 7:30. Berhubung Nia dan Radha masih ada dinas malam hingga pagi. Anak-anak PAUD belajar hanya sampai jam 10, dan sekali lagi kami melanjutkan kebiasaan fast and furious kami agar tak telat, sebelum jam 10 karena nanti anak-anak sudah keburu pulang.

huh,... kami tiba 15 menit sebelum anak-anak pulang. Kami memarkir motor kami di bawah pohon rindang dan sejuk, -barangkali mereka juga happy pagi ini - dan kami segera memberi salam kepada mereka. Terlihat beberapa ibu guru mereka sedang mengajar. Ada 5 orang guru untuk 20-an murid, semangat yang sama besarnya diantara mereka berdua. Bu Dayu pagi itu sedang kerja di kantor Dinas Kesehatan, yang terlihat hanya Eci anak perempuannya yang juga ikut mengajar.

Jalan tanah melintasi rerimbun pohon menuju rumah bu Dayu sungguh menyenangkan aku, walau mungkin sebaliknya buat Nia dan Radha (hehe). seperti ada sensasi masa lampau. tentu sensasi alam. dan bertemu wajah anak-anak pagi itu sungguh menaikkan adrenalin kami. ya, karena untuk mereka kami datang. wajah jujur anak-anak ini selalu adalah hadiah terbaik kami setiap hari. bosan juga lihat kendaraan, gedung, kertas dan uang di denpasar. bosan juga jadi 'orang lain'.

15 menit yang akhirnya ditambah dengan 15 menit berikutnya yang sungguh berharga buat Radha dan Nia karena ini adalah pengalaman pertamanya turun kota dan bersua langsung dengan anak-anak alam kami, walau kali ini belum ke Belandingan.

Anak-anak sudah menunggu kedatangan kami hari ini karena semalam aku telepon Bu Dayu bahwa kami akan datang pagi ini membawa buku. Dan kami ambil alih 30 menit ini, 30 menit milik 1 Buku untuk 1000 Mimpi. 30 menit untuk membuka banyak pikiran mereka tentang banyak kemungkinan dan mimpi. 30 Menit yang kemudian kami isi dengan berbagi buku. Lihat ekspresi mereka ketika membuka-buka buku dan melihat-lihat gambar ikan, kancil, dan gunung? Tuh kan guys,... 1 buku yang kalian sumbang memberi perbedaan besar! fiuh... kami seka keringat.

Orang-orang tua anak-anak ini sudah pada berdatangan menjemput anak-anak mereka sebelum jam 10, tapi bersabar dan tentung bersenang karena anak-anak mereka kini pulang membawa buku-buku dari kami, dari kita.

Sampai jumpa nak dengan lebih banyak buku. terimakasih atas senyum kalian.

*
Dan kini aku menyadari, bahwa apa yang aku dan kita kerjakan ini bukan hanya sebatas kegiatan sosial belaka, atau sekedar kegiatan organisasi, dan menjalankan ‘passion’ saja, tapi ia telah mengajari kami bahwa ini seperti hidup yang seharusnya bagi kami (tentu bagiku).

Sebagai seorang anak muda yang memiliki kesempatan bersekolah ‘tinggi’, dimana belum tentu ribuan anak-anak dan adik-adik kami yang lain mendapatkannya, maka akan sangat naif rasanya jika aku tak bebagi, memilih ‘menjual diri’ ke perusahaan-perusahaan besar yang nyatanya memang sudah besar ada atau tak ada aku kerja di sana.

Kami memegang teguh ideal intelektual kami bahwa pada akhirnya ilmu pengetahuan bukanlah alat untuk memenuhi hasrat pribadi tapi alat untuk kesejahteraan sosial. Bukan alat untuk membebani sosial. Bukan alat untuk mencari jabatan di pemerintahan (namun memberatkan APBN Negara)

Oke, sampai disini kita menyadari pekerjaan kita tak kan pernah sia-sia, walau tanpa gaji, apresiasi, pakaian dinas, mobil dinas dan status sosial yang baik. (kata kawan-kawan: teruskan perjuangan!) :)


Cinta,
Pande
Hari ini
Ubud

Lain kali kk ingin ikut mandi di pancuran di belakang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

0 comments:

Post a Comment