8:11 AM

Kartupos dari Surga: Kartupos untuk Ayah

made ratih dengan tas sumbangan dari kawan anak alam

bukan aku yang menginspirasimu.
tapi kau yang telah menginspirasiku.
kalian.

-untuk made ratih dan keluarga


semenjak setahun lalu, hidup Ni Made ratih berubah total. ia kehilangan ayahnya yang meninggal karena sakit, saat ia masih kelas 3 SDN belandingan. kini ia beserta adik-adik dan ibunya harus hidup dalam dunia yang tak pernah sama sekali mereka inginkan dan bayangkan sebelumnya.

bertatap muka, melihat senyum ibunya, melihat air mata ibunya, melihat adik-adiknya yang belum paham arti kehilangan, melihat ia memeluk boneka yang aku beri, adalah salah satu momen paling berharga dalam hidupku. tentu sebagai penulis, menulis tentang ia adalah sebuah kehormatan terbesar dalam hidupku.

made ratih sekilas tampak seperti teman-teman sebayanya yang lain di belandingan, tak ada yang spesial. namun ketika aku mencoba berbicara dengannya, berada lebih dekat dengannya, aku baru tahu seperti ada sesuatu yang berat yang telah membuat bibirnya seperti tercekat, ia terlihat sedikit gagap. namun aku bahagia ia masih menyisakan senyum.

ia telah menjadi suar buat hidupku, tentang semangat, tentang keberanian melawan hidup, tentang asa. selalu ada asa, jika kita percaya. ratih adalah salah satu anak manusia yang paling berharga dalam hidupku kini. menjadi bagian dari kehidupan dia memberi aku kesempatan untuk membuat perbedaan. beranjak dari dunia yang gelap dan gagap, menuju hari terang dan senyum.

dan, apa yang aku rasakan ternyata adalah rasa yang mereka punya. aku ingat ketika aku tanya, "kegiatan anak alam mana yang paling ratih suka?" ia menjawab "hari ini, ketika kak putu menginap di desa belandingan." dan ketika aku tanya apa alasannya, ia menjawab "karena kak putu menyenangkan saya." ya, kemarin saat aku bertemu dengannya pulang sekolah, aku memberinya 2 boneka dan menyampaikan keinginanku untuk bertemu dengannya di rumahnya segera.

kata-kata itu memantik seluruh api semangat yang saya punya. kata-kata yang menyentuh hati saya yang paling dalam.

bagi ratih ini adalah kartu pos buat ayah. bagi aku kartu pos ini aku kirim untuk politikus dengan mata buaya, mulut keranjang dan otak udang yang pada sok sibuk ngurus negara. untuk orang kaya yang memupuk harta kekayaan diatas tulang-belulang orang lain dan memakai kaca mata kuda saban hari. untuk agamawan yang berpikir bahwa hanya dengan doa kita bisa merubah dunia bukan dengan tindakan. untuk para pembuat sinetron yang selalu membohongi masyarakat kami dengan hidup ala 'sinetron'-nya. untuk para pejabat korup yang menimbun uang-uang untuk membalikkan modal kampanye atau nombok saat tes CPNS. juga untuk anak-anak muda yang berpikir bahwa bumi ini hanya tempat plesir dan 'dugem'. tentu juga buat orang-orang lain yang masih memiliki hati nurani.
hei,..... bumi ini milik made ratih juga.

inilah kisah ni made ratih seperti cakap-cakap kami semalam, dan tulisan tangan yang dibantukan oleh pamannya.

sehari-hari kegiatanku menjaga adikku. Ibuku pergi untuk bekerja mencari biaya hidup kami semua. kami tak punya bapak, karena sudah meninggal satu tahun lalu. kakakku wayan radi bekerja di denpasar menjadi pembantu rumah tangga. mencari nafkah untuk membantu orang tua menghidupi adik-adiknya. kakak pulang jika ada upacara adat.

habis pulang sekolah, aku langsung makan. kemudian aku langsung pergi ke ladang kami di batu barak, untuk membantu ibu menyabit rumput dan mencangkul. sambil mencangkul aku menjaga adik-adikku yang masih kecil. dan ibuku pergi mencarikan uang untuk biaya sekolah. saat ini musim cocok tanam dan ia menanam tomat dan cabai di ladang di batu barak. jarak ladang kami dengan desa belandingan sekitar satu jam berjalan kaki.

dulu ketika bapak saya masih ada, kami tinggal di rumah kami yang ada di ladang. semenjak bapak saya meninggal kami semua tinggal di desa di rumah tua, berkumpul bersama keluarga yang lain.

saat bapak saya di rumah sakit, saya sempat berhenti bersekolah selama empat bulan. syukurnya sekolah menaikkan saya ke kelas 4. saya pikir saat itu pastisaya sudah putus sekolah. saya ketinggalan pelajaran. sampai saat ini saya belum baik menulis. (menurut penuturan gurunya, sejak saat itu ia gagap.)

dan semalam aku menanyakan pertanyaan ini kepadanya, "lalu, apakah kamu ingin terus sekolah setelah tamat SD?" ia menjawab: "saya tak mungkin melanjutkan sekolah lagi. saya ingin menjadi pembantu rumah tangga di denpasar." dan saya coba bertanya lagi"bagaimana jikalau kamu bisa sekolah dan kami bisa bantu biayamu?". ia sumringah dan menjawab " namun jika saya bisa sekolah saya ingin menjadi suster. karena saya suka merawat adik-adik saya."

suatu hari nanti aku pengen menjadi orang yang sukses dan membalas kebaikan orang tua.
walaupun kami miskin, kami bahagia.


bersambung...

love,
pande
belandingan, jan11
kau tak akan pernah berjalan sendiri
made ratih dan keluarga
made ratih dan keluarga
malam saat aku berkunjung ke rumah made ratih
nenek made ratih menggengam boneka yang kami hadiahi buat ratih

0 comments:

Post a Comment