7:10 AM

Uyah Lengis (the better paradise)


you are what you eat!


Menurut penelitian tak ilmiahku, leluhur-leluhur kita, sepertinya jauh lebih cerdas dari kita, walau menurut penelitian ilmiah - otak manusia berkembang ke tingkat kecerdasan yang lebih baik. Bisa aku kata mereka jenius dalam kesederhanaannya. Belum tentu kita lebih baik darinya dalam kerumitan kita. Complicated dan sophisticatednya sains kita. Dan berkembangnya industri manufaktur dan produk pangan komersil kita. Mereka telah banyak meninggalkan kepada kita kearifan-kearifan lokal yang sederhana tapi cerdas dan juga alam yang sederhana namun cantik (tanpa make-up!)

Salah satu hal yang mereka beri kepadaku adalah uyah lengis. Adalah sebuah dietary pola hidup dan makan sederhana. Aku masih ingat kakek, berangkat ke sawah mulai pagi buta, sarapan ketela rebus, kemudian makan siang nasi, tempe, telur pindang, ikan teri, uyah lengis, saur dan air putih dalam kendi tanah liat sambil menjaga padi dari gubuk di tengah sawah, selesai bekerja saat matahari senja mulai akan terbenam, kemudian makan malam ketika petang mulai menyelimuti bumi bersama cucu - cucunya. Dan tidur nyenyak lebih awal! TV masih hitam putih.

Uyah lengis telah menjadi menu wajib kami kala itu. Uyah lengis adalah ungkapan dalam bahasa bali yang berarti garam dan minyak. Secuil garam dan beberapa tetes minyak kelapa jikalau saja kami tak memiliki lauk yang lain. Maka makanlah kami. Itulah peninggalannya selain tentunya, ia memberikan aku bapak yang luar biasa dan bapakku kini meninggalkan aku beberapa petak tanah untuk aku hidup. (mereka sungguh peduli generasi.)

Kembali ke kakek dan barangkali kakeknya kakek, bila ditilik lagi, mereka memasukkan elemen garam dan minyak kelapa ini dalam menu asupan makanan mereka sehari-hari. Garam merupakan sumber mineral yang sangat penting yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan enzim yang membantu banyak pekerjaan elemen-elemen organ tubuh.

Dan minyak kelapa merupakan sumber antioksidan dan energi yang juga dibutuhkan sebagai penangkal penyakit. Makanya kemudian muncul istilah lengis melah yang digunakan sebagai media pengobatan tradisional karena dalam penelitian luar negeri tentang manfaat minyak kelapa dan sebuah penelitian oleh pakar laboratorium biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ditemukan bahwa minyak kelapa murni merupakan sumber anti oksidan yang sangat baik sehingga sangat baik buat kesehatan tentunya juga air kelapa muda yang biasa mereka minum kala berteduh istirahat siang dari pekerjaannya di sawah merupakan isotonik alami yang sangat baik semacam kini P*cari Sweat sebuah merek isotonik dalam kemasan kaleng buatan Jepang yang tentu harganya mahal.

(Bukan minyak jelantah ala kini yang biasa dijadikan minyak untuk menggoreng oleh tukang pecel lele dan pisang goreng di jalan), yang kesehatannya sangat diragukan. (mudah-mudahan sekali lagi aku salah). Minyak yang telah digunakan menggoreng lebih dari sekali, maka molekul-molekulnya akan pecah, dan itu yang memungkinkan ia menjadi molekul radikal dalam tubuh. (sepengetahuanku.)

Dan kini produsen minyak sawit, minyak zaitun, dan minyak lain berlomba-lomba mengiklankan minyak sehat di TV. Dan kalian tahu, dulu tak ada penyakit stroke, tekanan darah tinggi, kolesterol, obesitas. Dulu semua kakek-kakek kami badannya six pack! ya mereka nggak pernah makan snack dan makanan cepat saji (junk food).

Perhatikan juga, pada jaman dulu kala, para orang-orang tua kita senang membuat sayur kacang-kacangan hijau tanpa banyak digoreng lalu diurap, dan juga masih ada sayur kacang undis. Sayur kacang-kacangan adalah sumber protein yang tinggi seperti kacang undis dan daun-daunan adalah sumber serat dan vitamin yang tinggi apalagi urap yang kandungan vitamin (khususnya vitamin A) dan gizinya masih terpelihara lebih baik daripada sayuran itu telah direbus matang-matang atau digoreng.

Lalu begitu juga dengan suplai asupan air ke dalam tubuh. Mereka memanfaatkan sumber mata air yang terlindung, atau memasaknya, kemudian mengendapkannya dalam gentong-gentong tanah liat atau kendi. Tauhukah anda dengan begitu zat-zat berat bisa diendapkan terlebih dahulu di dasar gentong atau kendi, kemudian mereka bisa mendapatkan air yang lebih murni. Bahwa air adalah elemen penting dalam tubuh dimana 2/3 bagian tubuh kita terdiri dari air. Dan bukankah air pula yang menjadi tirta/banyun cokor waktu sembahyang? Dan tahukan anda secara umum air dipakai media pengobatan di Indonesia dengan memberikan doa-doa kedalamnya? (entah apapaun itu doa-doa tersebut!)

Air adalah sumber hidup dan air sendiri adalah elemen yang hidup. Asumsinya dengan memenuhi kebutuhan air minum yang baik bagi tubuh maka 2/3 kesehatan tubuh kita bisa terjaga.

Tahukah anda bahwa bukan selalu Air Minum Dalam Kemasan adalah sumber minuman terbaik dimana bagaimanapun mereka membutuhkan zat untuk mengawetkannya untuk bisa disimpan dalam jangka waktu lama di dalam botol kemasan plastik. Air minum dari PDAM pun sebenarnya baik asal dimasak dan diendapkan dengan benar, seperti kala jaman dulu itu.

Lalu perhatikan apa yang terjadi saat ini. Perhatikan juga makanan yang kita makan sehari-hari. Kita sehari-hari lebih banyak menggunakan minyak goreng dalam kemasan yang dikemas oleh pabrik atau minyak curah dari kelapa sawit yang kualitasnya sebenarnya tidak lebih baik dari minyak kelapa itu dimana menurut sebuah penelitian setelah dipakai untuk menggoreng masakan beberapa kali rantai lemaknya sudah pecah dan bisa berakibat kurang baik buat kesehatan khususnya jantung.

Coba juga anda perhatikan pola makan kita sehari-hari saat ini? Makanan instan, snack, makanan cepat saji, tahu dengan pengawet formalin, zat pewarna, penyedap rasa, bir, minuman beralkohol. Bahkan bagi sebagian orang mereka mampu memberikan asupan makanan yang malah melebihi dari kebutuhan tubuh sehingga terciptalah kosakata aneh ini 'obesitas'. kakek barangkali tak tahu artinya.

Okelah, pada akhirnya kita tidak bisa mengelak untuk mengkonsumsi makanan-makanan tersebut tapi setidaknya bisa dikurangi. Mulai memanfaatkan kembali makanan-makanan alami yang selama ini kita kesampingkan dan kecilkan artinya karena tuntutan hidup serba instan tersebut.

Lalu apa pesan yang bisa dipetik dari peninggalan kakekku? dari warisan uyah lengis-nya? Kembalilah ke alam untuk hidup yang lebih sehat. Cintailah alam seperti kita mencintai diri kita sendiri. Jangan banyak makan pestisida. kembali ke kehidupan sederhana. Makanlah makanan-makanan yang bergizi dan bermanfaat khususnya buat masa pertumbuhan anak-anak kita.

Dan jangan lupa, jika kita hidup berkecukupan dan bisa makan lebih dari apa yang kita butuhkan, jangan tabung ia menjadi lemak di tubuhmu! Bagi ia untuk yang barangkali tak bisa makan hari ini dan juga berhak!


cinta,
pande
bali
malam ini

jika saja kau baca tulisan ini kek, sayang di surga tak ada internet!

0 comments:

Post a Comment