8:15 AM

Kartupos dari Surga: Cinta memberi, bukan menerima


CINTA : MEMBERI, BUKAN MENERIMA
i nyoman armada (10)

armada bersama adiknya
Ia yang bekerja menggunakan tangannya adalah buruh.
Ia yang bekerja menggunakan tangan dan pikirannya adalah pekerja.
Ia yang bekerja menggunakan tangan, pikiran dan hatinya adalah seniman.
-Louis Nizer
Nama saya I Nyoman armada. Nama ayah saya I Made Mudita umur 56 tahun nama ibu saya Ni Ketut Yem umur 42 saya punya saudara 6 yaitu: Ni Luh mara, I Made darmawan, I Nyoman Armada, Ni Ketut Budi, I Wayan Brata dan Kadek Anton

Sekarang saya kelas 4 SDN Belandingan. Saya bangun pagi sekitar jam 6 setelah bangun saya membelikan adik bubur di warung Wa Jro Guris. Saya membawa uang Rp. 1000 dan saya membeli bubur Rp. 500 untuk saya bagi berdua dengan adik dan sisanya saya belikan jajan. Setelah beli bubur saya mencuci muka langsung memakai pakaian sekolah langsung pergi ke sekolah. Sampai di sekolah saya mengurus teman yang tugas piket karena saya sebagai ketua kelas. Setelah itu saya belanja ke kantin, setelah belanja bapak guru menyuruh kami sembahyang. Di kelas saya mendapatkan mata pelajaran matematika lalu mengaso setelah itu masuk lagi dapat pelajaran bahasa Indonesia dan lagi dapat PPKN.

Saya pulang jam 12:00, saya mengganti baju terus saya makan dan saya langsung pergi ke ladang di balik bukit untuk menyabit. Setelah itu saya di suruh menjaga adik saya oleh bapak saya. Saya senang menjaga adik karena adik saya tidak suka menangis. Saat menjaga adik, saya membawa dia indeng-indeng (keliling-keliling) di mana saja sampai adik saya menangis. Setelah menangis diberikan ibu saya. Saya lebih senang mendapat tugas menjaga adik daripada menyabit karena saya tidak suka menyabit. Saya pulang dari balik bukit sekitar jam 5 sore bersama saudara saya, ayah dan juga ibu saya. Sampai di rumah saya memberikan ayam makan, mencuci pakaian adik saya sambil saya mandi.
armada sedang menjaga adiknya saat hujan di depan tungku api

Kakak saya I Made Darmawan berhenti sekolah tahun lalu karena orang tua tidak punya uang untuk menyekolahkan. Sekarang pekerjaan sehari-hari kakak saya menyabit dan mencangkul kerja menanam tomat dan itu agar mengasilkan uang. Untuk makan ia mengambil air di bak air akan di gunakan untuk memasak dan mencari kayu bakar untuk membuat api untuk memasak. Kami memiliki ladang di bubung tamblang dan di pupuan. Kakak saya kerja di situ. Kami punya sapi satu, kakak saya menyabitkan dia supaya besar dan bisa di jual.

Mulai 2 bulan lalu kakak saya bersekolah kejar paket B di gedung SDN Belandingan Kakak saya pergi ke sekolah jam 1 sore dan pulang jam 5 sore. Sekolah kejar paket tidak bayar dan mendapat buku pelajaran dari bapak guru.

Kakak saya yang lain bekerja di songan sebagai buruh harian mutbut bet bawang (mencabut gulma di ladang bawang) dan dia berjalan kaki ke sana.

Pekerjaan ayah saya mencangkul, menyabit dan meburuh (menjadi buruh tani) ke Songan karena tak punya uang untuk membiayai keluaga. Ibu memasak, setelah memasak ibu saya langsung ke ladang di pupuan untuk mutbutin bet bawang

Cita-cita saya ingin menjadi guru pelukis karena saya bisa melukis di sekolah. Saya senang melukis taman. Jika bisa terus sekolah saya ingin sekolah melukis agar bisa menjadi guru melukis.

Demikianlah cerita saya, terimakasih.

*

Note:

rumah armada di balik bukit
keluarga armada


Menemani Nyoman Armada beberapa hari ini benar-benar membuat aku kagum dengan anak ini, pun juga tak habis pikir, dan ia telah mengajariku pelajaran berharga tentang arti ‘tulus’ dan ‘tanpa lelah’. Waktu itu hanya untuk menemaniku di ladang, sambil menjaga adiknya ia tak makan nasi dari pagi hingga sore, (hanya makan mangga kecil yang ia pungut di jalan dan satu bungkus kecil biskuat cokelat yang aku beri yang dimakan oleh adiknya.) Mereka berdua tak mengeluh sedikitpun ketika menuruni bukit untuk sampai ke desa. Walau aku lihat mereka berdua sudah sangat kelelahan dan tentunya lapar. Setibanya di desa Belandingan, aku membelikan Armada pisang goreng untuk ia makan. Armada tak mau memakannya, ia hanya memberikannya kepada adiknya. Barangkali ia telah dididik untuk tidak suka minta-minta kepada orang lain (bahkan itu dari aku….)

Semalam kami bertemu lagi, seperti biasa ia selalu senang berada dekat denganku. Anak-anak lain sedang main ‘cedar-cedaran’ menggunakan busi sepeda motor dan kulit korek api, sementara aku dan dia memiliki cukup waktu bercerita dan ia bisa menuliskannya dalam selembar kertas dibantu oleh Puspasena. Malam itu ia memberiku hadiah ekstra sebuah lukisan dalam lembar kertas lain setelah ia menyelesaikan tulisannya.
lukisan armada malam itu

Ketika ia memegang pensil, tak ada satupun yang bisa menghentikannya. Teman-temannya pada meledek lukiannya yang katanya aneh, jelek, tak jelas, namun ia tetap melukis dengan suntuk tanpa peduli hingga ia merasa selesai. Namun buatku lukisan ini sangat bagus, figur-figur yang ia lukis memiliki karakter khas Armada.

Aku janji -pada diriku sendiri-, aku akan belikan ia crayon/pensil warna dan buku gambar, (sesekali kanvas dan cat akrilik) agar ia bisa melukis, melukis dan melukis seperti apa yang ia mimpikan.

Aku pastikan tak kan pernah malu sedikitpun (sebaliknya aku bangga.), jika kelak aku akan memajang satu lukisan yang ia buat di atas kanvas ukuran 1 x 1 meter di kamar tamu rumahku, atau di basecamp anak alam, bahwa lukisan itu dibuat oleh anak laki-laki dengan cinta menggunung yang hanya ia curahkan kepada adiknya dan lukisan-lukisannya.

Untuk kegiatan ‘bangun, buka mata, lihat dunia’ hari minggu berikutnya, aku pikir akan ajak ia ke museum NEKA untuk melihat-lihat lukisan. Aku ingin memicu hasratnya dengan karya-karya seniman besar, hingga matanya terbelalak, hasratnya menyala, hingga ia bangga dengan cita-citanya menjadi guru pelukis, dan bahkan mungkin kelak ia menjadi salah satu dari seniman besar itu, dan karyanya terpajang di museum. nothing is impossible.



love,
pande
Belandingan, jan 21
You are absolutely a real HERO for me son……

0 comments:

Post a Comment