6:18 AM

Heroine without Border: 'Berbagi dan Menginspirasi'


letih, lelah... karna esok tak akan kutemui lagi alam surga dan jiwa-jiwa kecil yang bermimpi besar... eerrggh jakarta.. how i don't want to come!

-imelda naomi 27/01/2010


Sebagai lulusan IPB bogor dan S2 di salah satu universitas terbaik di Toulouse Perancis, ia bisa bekerja di mana saja. Namun ketika ia memilih untuk menulis dan mengirimkan cerita untuk anak-anak di seluruh Indonesia, apa boleh dikata. Sekali lagi life is not a chance but a choice. (kau menambah gerombolan anak-anak muda 'aneh' Indonesia sepertiku :) .)

Bahwa sebagian kecil warga negara yang memiliki komitmen dan dedikasi selama ini telah membuktikan bahwa mereka bisa merubah dunia, setidaknya dengan cara-cara kecil. Tak harus dengan cara-cara besar. Dan itu juga dilakukan oleh Naomi panggilan akrab kawan anak alam yang satu ini.

Besar di pinggiran kota Jakarta yang terkepung gedung pencakar langit, pabrik yang berlokasi dekat dengan rumahnya, sesaat melintas ke ‘sebuah tempat yang tak tercatat dalam peta’ tempat dimana anak-anak alam kami hidup, telah membuka matanya bahwa masih juga ada alam surga yang tersenyum kepada kita, dan anak anak sederhana dengan kehidupan yang sahaja.

Sebuah tempat yang mengajari arti 'hidup' sesungguhnya. Hidup yang tak dibungkus oleh atribut, status sosial, gelar akademis, keyakinan, dan segala macam tetek bengek yang mengikat manusia secara kaku selama ini. Dan tempat dimana kita juga bisa melakukan banyak hal untuk membuat perbedaan sebagai anak manusia - sebagai anak muda Indonesia - berbagi pengetahuan dan cinta. Jika anda punya cinta (seharusnya punya) maka anda sudah bisa merubah dunia.

*
Hujan menyambut kedatangannya siang itu di Songan, dengan sebelumnya lebih dari sepuluh kali ia meneleponku memastikan bahwa ia sedang melintasi jalan yang benar.
“tu, gw di depan Museum Gunung api, trus kemana….??”
“tu, gw udah lewat Hotel Astradana terus kemana…??”
“tu, setelah resort itu kemana…?? “
Belum lagi bertanya kepada orang di jalan
“pak, rumah Pak Mantri dimana,….??”
Dan dalam hujan akhirnya, karimun hitam pelat B itu nongol juga. Aku jemput ia di depan SMPN 4 kintamani di Songan, kemudian aku ambil alih kemudi untuk menuju ke basecamp Anak Alam.
“tu, basecamp masih jauh?” itu adalah pertanyaannya terakhir kali sebelum akhirnya selang beberapa menit kita sampai di basecamp.

Di basecamp Anak Alam tersedia cukup kamar untuk kawan-kawan yang kebetulan datang. Ada juga dapur untuk memasak, 3 kamar mandi, tentu semuanya gratis :) Seperti biasa, hal pertama yang aku harus persiapkan adalah kamar untuknya. Berhubung kali ini yang datang cuma seorang kawan anak alam saja, maka tentu ia bisa leluasa mendapatkan pilihan kamar.
“Naomi, itu ada kamar 3, kamu bisa pilih yang mana saja, tapi sepertinya kamu dapat kamar yang itu (sebuah bangunan berukir bali), yang ia bisa tempati sendiri… (nasibmu lagi mujur. Kalau lagi camp kamar itu bisa ditempati 6 orang.. hehe…)

Kebetulan hari itu Puspasena, Keliwon dan Mara sedang mampir ke basecamp Anak Alam, saat ia baru pulang sekolah karena kehujanan. Ya, ia sekolah di SMPN 4 kintamani di songan, sementara ia masih harus butuh 1 jam lagi untuk menuju ke rumahnya di belandingan untuk pulang. Namun karena hujan, basecamp anak alam tentu adalah rumah kedua mereka.
rumah kedua kalian juga.

Mereka bertiga membantu kami mengemasi tas dan barang bawaan naomi. Karena ini sudah siang tentu waktunya kami makan, ada nasi dengan ikan mujair yang kami santap siang itu.

Sebelum berangkat ke belandingan sore itu, kami menyempatkan diri sejenak menyesap hembusan angin bukit, menikmati pemandangan danau, dan berfoto-foto dulu ke Toya Bungkah. Aku terkejut, aku baru tahu bahwa Keliwon seumur-umur baru pertama kali ini datang ke tempat itu padahal jarak dari kampungnya ke tempat wisata resort itu tak lebih dari 5 km. Nah setidaknya mereka berempat (naomi, mara, puspasena, keliwon) bisa bersenang-senang sejenak.

Dari Toya Bungkah perjalanan kami lanjutkan langsung menuju Belandingan karena kami sudah berjanji kepada anak-anak bahwa kak Naomi akan datang jam 6 sore, dan telah aku beri pesan kepada mereka untuk bersiap-siap sebelumnya. Kami datang 2 jam lebih awal, hal ini tentu memberi kesempatan Naomi untuk berkenalan dengan penduduk desa dan beberapa anak-anak terlebih dahulu.

Saat kami tiba, aku langsung memarkir mobil city car ini - yang kami gunakan untuk off-road kali itu - di depan SDN Belandingan, tentu dengan 3 anak-anak alam di dalamnya. Aku buka kaca jendela agar anak-anak lain bisa melihat teman mereka naik mobil 'sedikit mewah' ini untuk pertama kalinya, selain truk pengangkut sapi dan L300 pengangkut sayuran saja. Beberapa anak-anak berhamburan mengikuti kami ke sekolah ingin segera berkenalan dengan Naomi.

Setelah merasa cukup bermain sejenak dengan anak-anak, kami bersepakat untuk mengunjungi anak-anak di rumah mereka, kali ini kami sambangi rumah Nopik, yang saat kami lewat sebelumnya terlihat melambaikan tangannya kepadaku dari balik tembok rumahnya. Disitu ada juga Ni Made Sani dan beberapa kawan-kawannya. Anak-anak menyambut naomi dengan antusias, karena telah kami latih untuk percaya diri dan tak takut.


Sejenak mengambil foto, kemudian kami kumpulkan mereka di wantilan desa, seperti biasa, untuk memulai acara malam itu.

*
Kedatangan naomi sudah ditunggu sejak dua minggu lalu ketika pertama kali ia mengabari aku bahwa ia akan datang ke bali dan akan bertemu dan bermain dengan anak-anak alam. Waktu itu, saban akhir pekan kami melakukan beberapa kegiatan lomba seperti puisi, melukis, pantun dan pemenangnya akan kami berikan hadiah saat Naomi datang hari ini.

Maka ketika malam itu aku, naomi dan beberapa anak-anak sudah tiba di wantilan, tak berselang lama satu per satu anak-anak datang bahkan tanpa aku panggil lewat pengeras suara di balai desa. Hingga malam itu hampir setengah lebih dari seluruh anak-anak alamku terkumpul. ada sekitar 70 anak-anak beserta beberapa warga memenuhi wantilan malam itu.

"selamat malam adik-adik."
"kak putu masih menunggu beberapa teman-teman kalian yang lain, 5 meniiiiiit... aja ya, sekarang silahkan kalian bernyanyi dulu. Apa saja."
ternyata mereka menyanyikan lagu ST12, Wali, lagu tak gendong, yang mereka cukup hafal. hehe... Naomi tampak kaget, dikiranya anak-anak akan bernyanyi bintang kecil atau naik-naik ke puncak gunung.

"oke, sekarang kak putu kenalkan, ini namanya kak Naomi."
"adik-adik. nama kakak kak naomi. kakak dari jakarta."
"ada yang pernah ke jakarta, silahkan angkat tangan....!"
tentu tak satupun anak-anak yang bakalan mengangkat tangannya.
nah, setelah tadi naomi, lalu aku ganti tanya mereka "ada yang pernah lihat jakarta........"
sebagian dari mereka mengangkat tangan dan menjawab keras" iyaaaaaaaaa........"
"dimana kamu melihatnya?"
"di sinetron kak. Cinta Fitri......."
argh........

Naomi melanjutkan perkenalan dirinya, dan menceritakan tentang jakarta.
"di jakarta tak ada gunung, danau, bukit, ladang seperti di sini."
"di jakarta banyak ada gedung tinggi, jalanan macet, pabrik dan mall"
"tau mall???"
"di jakarta juga ada Taman Mini, Dunia Fantasi, tempat anak-anak jakarta bermain."
anak-anakku pada bengong.

"oke, tadi kak naomi sudah bercerita tentang jakarta."
"bagaimana kalau kita beri hadiah kak naomi"
aku suruh Karmajaya pemenang lomba baca puisi untuk membacakan satu puisi, dan pembacaan pantun oleh kerani dan teman-temannya yang lain.

Naomi tampak berkaca-kaca. Anak-anak begitu lucu..... Naomi membalas hadiah mereka dengan beberapa amplop cerpen 'cerita surat' yang telah ia siapkan dari jakarta, berserta tas nestle (sedikit sobek) yang malam itu aku gunakan sebagai hadiah kuis untuk anak-anak.

Malam itu, satu per satu kami suruh anak-anak pemenang juara lombauntuk maju dan membacakan karya-karyanya, cerita, puisi, dan pantunnya, untuk kemudian kami beri hadiah 1 buku tulis, 1 pensil dan 1 pena. Kali ini aku bawakan bonus puluhan sandal jepit (hasil hunting-ku beberapa bulan).

Hingga malam itu, semua hadiah kami keluar malam itu. kami pulang dengan tangan hampa namun hati penuh suka cita. kami kembali ke basecamp untuk tidur, puspasena ikut serta.


day 2:

"karena setiap pagi adalah hadiah, hadiah apa yang pernah kita berikan untuk-Nya...?"

Naomi tampak tersenyum melihat pagi. Matahari bersinar cerah namun lembut pagi itu, menyisakan siluet-siluet indah di puncak bebulitan yang mengitari danau. Tak ada bahkan sisa titik-titik hujan. Pagi-pagi kami sudah berkemas, karena kami harus datang sebelum jam 8, sebelum anak-anak masuk kelas. Kalau tidak, maka kami akan kehilangan banyak sekali cerita pagi.

Kami tiba di belandingan jam 7:30 dan mendapatkan waktu yang cukup, khususnya Naomi yang baru kali ini datang, untuk melihat desa Belandingan dan anak-anaknya itu di pagi hari. Alam benar-benar cantik dan besih. Nomi bingung sekaligus kagum.
"lo beruntung tu, lo benar-benar beruntung....." kali ini hanya sebaris kalimat itu yang bisa keluar dari mulutnya.

Bel berbunyi tepat jam 8:00, anak-anak masuk kelas setelah sebelumnya melakukan persembahyangan bersama di halaman sekolah, dan berbaris sebelum masuk kelas. mereka melakukan itu semua tanpa komando dari guru. seorang anak mengambil alih komando saat sembahyang. Kemudian masing-masing ketua kelas mengambil alih di saat berikutnya untuk membariskan teman-teman sekelasnya sebelum masuk kelas, dengan tampang yang tentu sedikit seram biar tampak tegas. (hehe... kalian lucu...)

Hari itu tampak hanya 1 orang guru yang sudah hadir dari puluhan guru yang sekolah itu punya. (ibu kantin memberi alasan karena kemarin hujan, barangkali mereka masih tidur..). Namun, kedatangan satu guru ini memberi keberuntungan kepada kami, kami bisa leluasa memilih 5 kelas yang lain yang kosong untuk kami ajar. Aku memilih kelas 6 dan kami beri pelajaran mengarang kepada mereka. Sementara naomi membagi-bagikan cerpen. masih disusul kelas 5 dengan pelajaran yang sama dan membagikan sisa cerpennya.

Dan ketika kemudian, beberapa guru sudah mulai berdatangan, kami memlilih untuk melanjutkan perjalanan pagi itu ke sekolah SDN 4 sukawana, yang berjarak beberapa kilometer lagi di utara desa belandingan. Menelusuri jalanan berkelok dengan turunan dan tanjakan tajam akhirnya kami sampai juga di sekolah yang sebetulnya telah beberapa kali aku lewati beberapa minggu ini, namun malas untuk aku kunjungi karena aku lihat dari luar sekolah itu bagus sekali, berukir dan memiliki ring basket. Selama ini aku berpikir 'sekolah ini sudah bagus, aku lihat anak-anaknya sudah pakai sepatu semua, buat apa juga aku datang kesana'.

Namun pikiran itu berubah ketika hari itu kami iseng saja masuk untuk membagikan sisa 5 cerpen naomi. 'don't judge the phone by it's casing'.. hehe.... ya, ini menjadi riset yang membingungkan, ternyata dari seluruh anak kelas 6 yang kami tanya, "setelah tamat SD siapa yang tak ingin melanjutkan sekolah???" tampak lebih dari 7 orang mengacungkan tangan. Dan ketika salah seorang dari mereka kami dekati, anak itu menangis. Ya, riset ini menjadi unik..... (didandingkan dengan anak-anak SDN belandingan atau Kelas Jauh SDN 2 Songan di Alengkong yang gedung sekolahnya lebih jelek, namun anak-anaknya memiliki keinginan untuk melanjutkan sekolah lebih tinggi)

(bersambung.......)

*

Naomi sendiri adalah seorang pemain harpa dan kecapi china profesional. Saban akhir pekan ia punya job ‘ngamen’ di acara-acara tertentu untuk tambahan uang dapur dan tentu memfotocopy cerpen-cerpen untuk dikirim ke seluruh Indonesia.

Tujuan Naomi kali ini datang, tentu selain karena dibawa oleh hasrat pekerja sosial yang mengikatnya dengan anak-anak, tentu untuk membagikan cerpen-cerpen dalam amplop untuk anak-anak alam.

Beberapa bulan ini naomi telah memulai program ‘cerita surat’ dimana ia bahkan telah mengirimkan cerpen-cepren ini ke pulau Miangas.

Menemani Richard Piscioneri, project leader '1 camera for 1000 smiles' yang berbasis di Australia dan akan kami kembangkan ke seluruh dunia. Selamat bergabung Imelda Naomi yang akan menambah portofolio program Anak Alam, yang kami beri tajuk ‘cerita surat untuk indonesia’ yang berbasis di Jakarta.

Anak Alam bukanlah organisasi eksklusif dengan list keanggotaan yang ribet. Bagi kami, kita adalah para pejalan kaki yang melintas dan berjalan di jalan yang sama. Terkadang tak harus dengan jumlah orang yang besar, dana besar dan pemikiran-pemikiran besar, baru kita akhirnya bisa membuat perbedaan. Dengan hal-hal kecil saja, dengan dedikasi, komitmen dan rasa cinta yang besar maka kau telah memberi banyak.

Kami bangga menjadi penduduk bumi, tentu bangga memberi sesuatu 'yang baik tentunya' untuk bumi. Kami bangga menjadi 'anak muda indonesia', tentu bangga memberi sumbangsih kecil untuk negri cantik ini.

Terimakasih tak terperi Naomi. Kami menunggu kedatanganmu di lain waktu. Have a good and happy life there... Salam untuk Jakarta. Aku masih yakin Indonesia memiliki banyak Naomi-Naomi yang lain. Speak up your voice, and lets share the path brothers.....




love,
Pande
Belandingan, 28 jan 2010
Komunitas Anak Alam official website
0817 265028

0 comments:

Post a Comment