8:06 AM

Kartupos dari Surga: Hutan Menyeramkan

I Wayan Sepiawan dan adiknya I Made Bakat

(seperti apa yang ia tulis di atas kertas dengan pena.)

Nama orang tua saya I Made Saba, umur 30 tahun. Nama ibu saya Ketut Sriniti, umur 29 tahun. Saya 3 bersaudara. I Wayan Sepiawan (11), I Made Bakat (8), dan Nyoman Tresnawan (4).

Saya bangun pagi jam 6 cuci muka. jam 7 Saya pergi ke sekolah. Saya sekarang kelas VI SDN Belandingan. Saya senang di sekolah. Senang belajar membaca dan menulis.

Obi saya suka bermain sepak bola dan poli. Saya suka menjadi guru. Saya pulang sekolah ganti baju makan membantu orang tua.

Ibu saya dan ayah saya sedang menanam bawang dan cabe. Di ladang satu dekat rumah saya dan dekat bubung. Siang ini saya dan adik saya dan ibu saya pergi ke bubung (bukit) menyiram bawang. Ada kak putu juga ikut. Kabut siang ini turun saat kami naik ke puncak.

Untuk mencapai bubung kami melewati hutan yang sangat seram yaitu bubung tamblang. Saya pernah melihat bayangan orang itu tidak lewat di depan saya dia menuju ke saya. Langsung dia menghilang. Kata orang di hutan itu banyak hantu dan juga lebah yang hidup di pohon kayu putih dan seming.

Dari puncak bubung ke ladang saya harus melewati hutan cemara. Saya terus berjalan hingga saya sampai di ladang. Saya diajak oleh ibu memupuki tanaman. Selesai saya memupuki tanaman langsung kabut. Selesai kabut hada ujan langsung saya kehujanan. Langsung saya pulang dengan ibu dan adik saya. Kak putu pergi ke rumah nang Pasek mencari Nyoman Karia.

Malam harinya kami ada lomba puisi di wantilan. Saya tidak membaca puisi. Adik saya membaca puisi dengan judul layang-layang. Dia mendapat hadiah buku, pensil, pulpen.

Hari ini saya ikut lomba menggambar. Saya ingin mendapat juara. Kalau ada lomba lagi saya ingin lomba kelereng, suka main ‘tik’, main poli dan main sepak.

Terima kasih.
saat melewati hutan cemara
di hutan cemara
memupuk di ladang
memupuk di ladang


love,
pande
belandingan, jan 7
god, thanks for the briliant weather...

0 comments:

Post a Comment